Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah Asli Indonesia Ini Dipercaya Memiliki Banyak Manfaat, Benarkah?

Kompas.com - 12/05/2020, 18:48 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

Kandungan serat dan antioksidan yang tinggi dalam buah salak membuatnya baik dikonsumsi ketika diet. Kalorinya yang rendah juga dapat membantu untuk menurunkan berat badan.

Sementara, kalsium dan karbohidrat yang terkandung dalam salak dapat memberi tubuh energi meski sedang diet.

Meningkatkan kesehatan tubuh

Salak merupakan buah padat nutrisi yang membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Buah salak kaya akan vitamin dan mineral penting yang dapat membantu menjaga fungsi tubuh dengan baik. Sementara, antioksidan dalam buah salak berguna melawan kerusakan sel dan jaringan tubuh.

Meningkatkan energi

Karbohidrat yang terkandung dalam buah salak dapat menjadi energi sepanjang hari. Selain itu, buah salak dipercaya mampu meningkatkan stamina dan menstimulasi metabolisme sehingga meningkatkan energi pada tubuh.

Menjaga kesehatan kardiovaskular

Salak kaya akan kandungan kalium yang membantu menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi ketegangan di pembuluh darah dan arteri, serta dapat menjaga kesehatan jantung.

Jumlah antioksidan dan mineral yang tinggi dalam salak juga bisa menjaga fungsi sistem kardiovaskular dengan baik, serta membantu pengaturan air dalam tubuh.

Melawan gangguan pencernaan

Salak kaya serat dan vitamin yang membantu meredakan sakit perut, buang air besar tidak teratur, perut kembung, diare, dan gangguan pencernaan lainnya. Selain itu, kulit salak mengandung senyawa yang bisa mengobati diare.

Menguatkan ingatan

Kandungan potasium, beta karoten, dan pektin yang tinggi dalam buah salak mampu meningkatkan aliran darah ke otak. Hal ini bisa membuat fungsi kognitif tubuh dan daya ingat menjadi meningkat.

Oleh sebab itu, salak juga dijuluki sebagai “memory fruit”. Bukan hanya itu, kandungan nutrisi dalam salak pun dapat membantu menghilangkan stres oksidatif dan mencegah penyakit neurodegeneratif (seperti parkinson atau alzheimer).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com