KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat bisnis berbagai industri tiarap, tak terkecuali industri barang mewah.
Bain & Company, konsultan manajemen yang berkantor pusat di Boston, AS, baru-baru ini merilis laporan terbaru berjudul "Bain & Company Luxury Study 2020 Spring Update."
Diterbitkan dalam kemitraan dengan Altagamma, sebuah yayasan yang mewakili produsen barang mewah Italia, laporan ini menggambarkan efek jangka panjang dari pandemi virus corona yang sedang berlangsung.
Korporasi besar serta pengecer barang mewah sama-sama telah mendapat efek dari penyebaran global virus ini karena pembelian barang fashion dianggap bukan kebutuhan yang penting di masa pandemi.
Bain memperkirakan, penjualan barang mewah merosot 25 persen pada kuartal pertama 2020 dan akan terus menurun pada akhir tahun sebanyak 35 persen lebih rendah dari tahun 2019.
Studi ini memprediksi, penjualan akhir tahun akan berada di kisaran 195 miliar hingga 239 miliar dollar AS.
"Akan ada pemulihan untuk pasar barang mewah tetapi industri akan berubah secara mendalam," kata Claudia D'Arpizio, salah satu mitra Bain dan penulis utama studi tersebut.
"Krisis virus corona akan memaksa industri berpikir lebih kreatif dan berinovasi lebih cepat untuk memenuhi sejumlah permintaan konsumen baru dan kendala saluran."
Baca juga: Maret 2020, Penjualan Eceran Merosot
Meskipun awal tahun ini ada penjualan yang kuat di China, Eropa, dan AS, kebijakan lockdown memengaruhi sektor pariwisata, salah satu faktor utama dalam penjualan barang mewah.
Hal ini menyurutkan ekspektasi positif di awal tahun 2020, dan juga berlaku untuk merek sportswear.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.