Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Adaptasi atas "Normal Baru" dalam Pandemi Corona

Kompas.com - 18/05/2020, 11:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dra Ninawati, MM

SYAHDAN Kota Oran lockdown gara-gara dilanda epidemi sampar yang ganas. Mendadak Oran jadi kota tertutup. Warga tidak bisa keluar masuk kota. Orang di dalam tidak bisa keluar kota, yang di luar kota tidak bisa pulang.

Dalam kota yang tertutup itu antara lain ada dokter Bernard Rieux, pastur Paneloux, Jean Terrau, dan Joseph Grand yang menjadi tokoh penting di Sampar, novel Albert Camus, yang diterjemahkan NH Dini (1985).

Berbeda dengan tokoh-tokoh lainnya, Grand di sepanjang novel itu digambarkan sebagai orang yang tidak bisa beradaptasi.

Alih-alih terlibat dan membantu dalam penanganan sampar--apalagi terlibat dalam perdebatan eksistensial khas Camus, seperti yang terjadi antara Rieux, Paneloux, dan Terrau--Grand lebih memilih menghabiskan energinya untuk mencari cara agar bisa keluar dari Oran menemui isterinya yang terjebak di luar kota.

Dalam pandemi corona sekarang ini, barangkali banyak dari kita yang seperti Grand, pribadi yang sulit untuk beradaptasi dengan "lingkungan baru".

Lingkungan baru yang diperlukan untuk memutus rantai penularan corona yang berupa aneka pembatasan aktivitas warga meliputi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), "tinggal di rumah saja", jaga jarak (social/physical distancing), dan lain-lain.

Baca juga: Simak, Panduan Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 untuk Sambut New Normal

Entah sampai kapan kondisi "tidak normal" itu akan berlangsung. Memang sering juga kita mengalami kondisi tidak normal, dan kita juga harus beradaptasi, dan berhasil beradaptasi.

Tetapi biasanya kondisi tidak normal itu berlangsung singkat, dan itu yang menentukan keberhasilan dalam beradaptasi. Namun, kondisi saat ini berbeda. Kiranya belum pernah kita alami sebelumnya.

Yang jelas, kondisi baru ini sedikit banyak mengubah aktivitas rutin yang sudah dilakukan bertahun tahun, bahkan puluhan tahun. Situasi baru yang datang sangat tiba-tiba, mendadak tanpa persiapan sebelumnya.

Hal ini berbeda dengan liburan, yang dimaksudkan untuk menghindar dari rutinitas sehari-hari. Di liburan, ada sesuatu yang dipersiapkan dan direncanakan.

Baca juga: Bagi-bagi Angpao di Masa Pandemi, Ini Kata Perencana Keuangan

Pertanyaannya, berhadapan dengan lingkungan baru ini, akankah kita memilih menjadi seperti Grand?

Penumpang saat tiba di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/5/2020). PT Angkasa Pura II mengeluarkan tujuh prosedur baru bagi penumpang penerbangan rute domestik selama masa dilarang mudik Idul Fitri 1441 H di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Penumpang saat tiba di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (12/5/2020). PT Angkasa Pura II mengeluarkan tujuh prosedur baru bagi penumpang penerbangan rute domestik selama masa dilarang mudik Idul Fitri 1441 H di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Kemampuan adaptasi

Manusia adalah makhluk adaptif. Misalnya saja, yang dikemukakan Talcott Parsons (1951). Memang tindakan manusia ditentukan niat, nilai, ide, norma-norma tertentu.

Selain itu juga ditentukan oleh lingkungan. Ketika lingkungan berubah, tindakan juga bisa berubah. Artinya, manusia beradaptasi.

Pendeknya, manusia dimampukan untuk beradaptasi seperti yang dikatakan Schneiders (1984). Malah Saravino (2005) menganggap, penyesuaian diri terhadap lingkungan diperlukan agar organisme bertahan hidup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com