Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Teraman untuk Bersosialisasi Selama Pandemi Covid-19

Kompas.com - 21/05/2020, 23:23 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Time

KOMPAS.com - Di saat Covid-19 telah mengubah kehidupan dunia, social distancing atau jarak sosial adalah hal yang paling sulit diterapkan banyak orang.

Manusia adalah makhluk sosial yang butuh sentuhan dan interaksi. Jadi wajar, saat kewaspadaan dan pedoman jarak sosial meluas di berbagai tempat, banyak orang mencari celah untuk bersosialisasi dengan orang yang mereka cintai.

Namun, adakah cara aman untuk bertemu keluarga atau teman saat menerapkan jarak sosial?

Baca juga: Robot Anjing Boston Dynamics Berkeliling Ingatkan Social Distancing

"Tidak ada jawaban ajaib untuk pertanyaan itu," kata Jason Farley, profesor dan perawat epidemiologi di Johns Hopkins Schools of Nursing and Medicine.

Risiko selalu ada

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS secara resmi menganjurkan agar semua orang menghindari pertemuan dengan jumlah berapa pun di luar rumah, seperti di rumah teman, taman, restoran, toko, atau tempat lain.

Anjuran itu sangat penting bagi orang yang sakit, dicurigai telah terpapar Covid-19, berada di kelompok rentan seperti lansia, mereka yang mengalami gangguan imunitas, atau tinggal bersama seseorang dalam salah satu kategori tersebut.

Namun kita bisa terinfeksi dan menyebarkan virus corona, bahkan jika kita tidak termasuk dalam kategori yang telah disebutkan sebelumnya.

Banyak orang yang terkena Covid-19 mengalami gejala ringan atau bahkan sama sekali tidak menunjukkan gejala.

"Itu artinya, baik kita maupun orang yang kita cintai bisa menyebarkan virus bahkan jika kita merasa baik-baik saja," kata Farley.

Baca juga: Pahami Perbedaan Social Distancing, Isolasi Diri, dan Karantina

Meski hasil tes menunjukkan negatif, akurasi diagnostik tidak sempurna dan kita dapat terpapar virus kapan saja.

"Benar-benar tidak ada cara untuk memprediksi, jika kita telah terpapar dan diuji negatif hari ini, bukan jaminan kita tidak akan positif keesokan harinya," kata Farley.

Tes positif untuk antibodi juga tidak selalu berarti kita kebal terhadap infeksi di masa depan, kata pejabat kesehatan.

Memakai masker wajah, mencuci tangan secara teratur. dan membatasi perjalanan di luar rumah adalah cara terbaik mengurangi risiko kita terpapar dan menyebarkan Covid-19.

"Tetapi kami tidak bisa mengukur seberapa jauh risiko yang lebih rendah itu," kata Farley.

Selain itu, tidak ada demografis yang benar-benar aman dari Covid-19. Orang-orang dari segala usia menderita sakit parah dan meninggal karena virus corona.

"Pilihan yang paling bertanggung jawab adalah melakukan kunjungan sosial secara virtual," kata Brandon Brown, ahli epidemiologi dan profesor di Center for Healthy Communities di University of California, Riverside.

Hal itu, menurut Brown, adalah satu-satunya cara hingga ada vaksin untuk memberikan kekebalan luas, serta kapasitas pengujian lebih baik, dan penurunan kematian dan kasus yang stabil untuk mengurangi beban pada sistem perawatan kesehatan.

Baca juga: Akankah Social Distancing Berlangsung hingga Tahun 2022?

Ada "gray area"

Dalam model penanggulangan penyakit menular yang sempurna, semua orang akan tinggal di rumah dan hanya bersosialisasi dengan anggota keluarga di rumah tersebut. Namun, realitanya tidak demikian.

Pelanggaran jarak sosial, seperti mengadakan pesta di rumah atau pergi ke tempat yang ramai orang, jelas merupakan ide buruk.

Tapi ada banyak gray area. Apakah berjalan di luar dengan tetap menerapkan jarak sosial dinilai salah? Jika kita hidup sendiri, bisakah kita bertemu teman? Apakah ada cara bertanggung jawab untuk tinggal bersama keluarga?

Ada pula konsekuensi kesehatan mental yang perlu dipertimbangkan. Isolasi dapat berdampak serius pada kesehatan mental, terutama bagi mereka yang sudah menderita kondisi seperti depresi dan kecemasan.

Pengangguran, isolasi dan hal-hal terkait pandemi Covid-19 dapat menyebabkan sekitar 75.000 kematian karena putus asa di AS, menurut laporan baru-baru ini.

Baca juga: Social Distancing karena Corona, Jangan Lupa Jaga Kebersihan Rumah

Bagaimana kita membandingkan hal itu dengan risiko penyebaran penyakit menular yang mematikan?

Sejumlah ahli menganjurkan pendekatan seperti pengurangan dampak buruk terhadap jarak sosial, gagasan meminimalkan konsekuensi negatif dari perilaku yang berpotensi berisiko.

Itu berarti, kita mengajarkan bagaimana melihat orang yang mereka cintai dalam kondisi aman, daripada mengatakan pada mereka untuk tidak bersosialisasi sama sekali dan berharap mereka mendengarkan.

"Kami telah memikirkan tentang jarak sosial dengan cara ini atau tidak sama sekali," kata Julia Marcus, asisten profesor kedokteran populasi di Harvard Medical School.

"Orang-orang sudah membuat pilihan tentang cara menavigasi risiko," katanya.

"Pendekatan pengurangan dampak buruk akan memberi mereka alat yang mereka butuhkan untuk mengurangi risiko sebanyak mungkin."

Meskipun ada beragam pendapat di kalangan profesional kesehatan tentang seberapa besar risiko dapat diterima, sebagian besar setuju sejumlah bentuk sosialisasi lebih aman dibandingkan yang lain.

Meminimalkan risiko di luar rumah

Banyak ahli belum mengetahui bagaimana Covid-19 menyebar.

Namun Dr. Kelly Michelson, direktur Center for Bioethics and Medical Humanities di Northwestern University Feinberg School of Medicine, punya anggapan berbeda.

Ia menyebut, sebagian besar penelitian menunjukkan, kita cenderung tidak terpapar atau menularkan virus jika berada di luar rumah, mengenakan masker, dan menjaga jarak dari orang lain.

Beberapa jenis interaksi luar ruang juga lebih baik daripada yang lain, kata Farley.

Seperti memasak, di mana orang menyentuh peralatan yang sama atau makan dari tempat yang sama akan berisiko lebih tinggi, daripada mereka yang berjalan kaki di luar dengan menerapkan jarak sosial.

Patricia Rieker, sosiolog medis di Boston University, menambahkan pertemuan satu demi satu lebih aman daripada pertemuan kelompok.

Ia mengundang teman ke area luar gedung kondominiumnya di akhir pekan, setelah membersihkan kursi mereka dan menempatkannya sejauh tiga meter dan temannya masuk ke area umum tanpa memasuki rumahnya. Mereka juga memakai masker.

"Butuh waktu 45 menit untuk menyiapkan hal itu dengan aman," kata Rieker.

"Kita tidak dapat melakukan apa pun dengan cara yang saya sebut spontan."

Baca juga: Masker Wajah Tidak Dapat Menggantikan Social Distancing

Pentingnya kepercayaan

Rieker mengatakan, dia merasa nyaman melihat temannya karena dia tahu mereka berdua menerapkan jarak sosial dengan serius.

Kepercayaan itu sangat penting, kata Rieker, karena melihat seseorang saat ini berarti kita berpotensi mengekspos diri kita dengan virus.

Jika kita benar-benar memercayai seseorang, menurut Rieker, kita bisa tinggal bersama mereka, selama dilakukan secara aman.

Meskipun tes Covid-19 tidak 100 persen akurat, Rieker mengatakan, kedua belah pihak harus diuji sebelum tinggal bersama.

Brown menambahkan, kedua belah pihak harus menetap di rumah selama setidaknya dua minggu sebelum tinggal bersama.

Michelson setuju, dan menambahkan pentingnya memastikan anggota keluarga pengganti atau teman ini melindungi diri mereka dengan cara yang aman bagi kita.

Artinya, tinggal bersama bukanlah izin untuk membiarkan praktik pencegahan penyakit lainnya berakhir.

Berbagi tempat tidur atau melakukan kontak fisik butuh kepercayaan yang lebih besar, dan membuat keduanya lebih berisiko.

Dalam tulisan di Annals of Internal Medicine pada 8 Mei, sekelompok dokter yang berbasis di Boston mencatat semua kontak seksual secara pribadi, kemungkinan disertai risiko penyebaran Covid-19.

Baca juga: Penyintas Covid-19 Tak Boleh Berhubungan Intim 1 Bulan, Kenapa?

Hal ini membuat penyedia layanan kesehatan hanya memiliki sedikit panduan untuk tidak terlibat dalam aktivitas seksual.

Namun, mereka mengakui bahwa menghindari aktivitas seksual sepenuhnya bukan pilihan terbaik, dan mencatat aktivitas seksual secara virtual atau kontak fisik dengan pasangan di rumah adalah yang paling aman.

Covid-19 tidak menyebar secara jelas. Jika kita memiliki niat bersosialisasi, tanggung jawab ada pada kita untuk memahami pedoman kesehatan masyarakat tertentu dan situasi di daerah kita, kata Rieker.

Apabila kita tinggal di daerah padat penduduk, di mana virus corona menyebar cepat, akan sulit atau bahkan tidak mungkin menemukan cara bersosialisasi dengan aman.

Mengingat hal itu sangat penting, terutama karena jarak sosial demi kebaikan bersama, dan memastikan jumlah orang yang terinfeksi virus semakin berkurang.

"Menjaga diri tetap aman adalah masalah berlapis tentang apa yang kita lakukan, harapan kita agar orang lain juga melakukannya untuk diri mereka, dan semua orang di masyarakat," kata Rieker.

"Kita harus memikirkan kebaikan dalam konteks yang lebih besar."

Membatasi kontak sosial, sesulit apa pun, benar-benar merupakan langkah yang membantu orang lain.

Meski kita menerima risiko saat bertemu orang lain, coba pertimbangkan bagaimana tindakan kita dapat memengaruhi kesehatan masyarakat.

Pemikiran seperti itu harus menjadi motivasi ekstra untuk meminimalkan risiko sesedikit mungkin. Dan pada akhirnya, membantu mengakhiri pandemi virus corona.

"Dalam jangka pendek, semua orang akan terluka," kata Brown.

"Tapi dalam jangka panjang, masalah pandemi akan membaik."

Baca juga: Pergi ke Rumah Teman pada Masa Social Distancing adalah Ide Buruk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Time
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com