KOMPAS.com— Pada Lebaran tahun ini, Pemerintah melarang masyarakat untuk mudik. Beberapa persyaratan pun harus dipenuhi bila seseorang ingin meninggalkan sebuah kota.
Tidak terjadinya tradisi mudik di tahun ini, tentu membuat kita merasa ada sesuatu yang kurang. Terlebih, tradisi mudik ini sudah dijalani turun-temurun.
Lalu, akankah hal ini memengaruhi kesehatan jiwa?
Baca juga: Jangan Nekat Mudik Jelang Ramadhan, Ini Bahayanya
Dokter kejiwaan, dr. Andri SpKJ, FAPM, melalui bincang-bincang bersama "Gue Sehat" di akun Insagram-nya secara khusus menjelaskan tentang persoalan ini.
Hal yang ditakutkan, bersamaan dengan mudik, seseorang yang terinfeksi akan membawa dan menyebar virus ke kampung halamannya.
"Apalagi kalau orangtua kita berumur tua, itu lebih rentan,” kata Andri.
Andri memahami, perbedaan tidak adanya tradisi mudik, mungkin akan dirasa berat oleh banyak orang.
“Nah itu sebagian orang mungkin tidak bisa diterima, makannya saya bilang di awal untuk menerima dulu keadaan di awal,” ujarnya.
Dia meminta masyarakat untuk menjalani larangan mudik dengan ikhlas agar tak memengaruhi kesehatan jiwa.
Baca juga: Sejiwa, Layanan Konseling Kesehatan Jiwa Gratis di Tengah Pandemi
"Asalkan kita ikhlas, kita menjalaninya dengan baik, enggak akan ada pengaruhnya.,” kata dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.