Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/05/2020, 13:00 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) memegang peranan penting dalam banyak aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya upaya mengatasi dampak negatif pandemi Covid-19.

Sebutlah di sektor kesehatan. Dana ziswaf dapat dimanfaatkan untuk program penyediaan alat perlindungan diri (APD) tenaga medis, ventilator, hingga suplemen kesehatan bagi warga  yang membutuhkan.

“Dalam sektor ekonomi, Ziswaf digunakan untuk memberdayakan pelaku UMKM yang usahanya terdampak.”

Baca juga: Bolehkah Beras Pemberian Zakat Digunakan untuk Berzakat?

Demikian dikatakan CEO Rumah Zakat (RZ), Nur Efendi saat dihubungi Kamis (21/5/2020) kemarin.

Seperti yang dilakukan Rumah Zakat. Melalui dana ziswaf, sebanyak 518 UMKM yang terdaftar sebagai unit usaha terdampak Covid-19 mendapatkan bantuan.

Bantuan yang diberikan bukan hanya modal, tapi juga pendampingan agar usaha mereka dapat terus berjalan di tengah pandemi.

Ada pun upaya menangani krisis pangan yang diprediksi FAO bakal melanda dunia, disikapi RZ dengan mendirikan lumbung pangan di 33 titik di delapan provinsi.

Baca juga: Belum Bayar Zakat? Bisa Pakai 6 Aplikasi Ini

Lumbung pangan tersebut kini menghasilkan 60 ton beras yang bisa digunakan masyarakat di daerah masing-masing, dan juga disimpan sebagai cadangan pangan di masa krisis.

"Konsep lumbung pangan ini terinspirasi dari kisah Nabi Yusuf dalam menangani krisis."

"Kami akan berupaya untuk menambah titik lumbung pangan, sebagai wujud ikhtiar mencegah dampak krisis pangan,” imbuh Nur.

Chief Program Officer RZ, Murni Alit Baginda menambahkan, saat membuat lumbung pangan, rupanya secara tidak langsung bisa menyelamatkan harga jual gabah.

Ia menceritakan, belum lama ini desa-desa berdaya binaannya melakukan panen raya. Saat itu, harga gabah tiba-tiba jatuh dan petani biasa menjualnya ke tengkulak.

“Akhirnya kami beli dengan harga yang seharusnya. Harga tiap desa berbeda."

"Tapi,-contohnya, dari harga seharusnya Rp 6.000 per kg, jatuh menjadi Rp 4.000 per kg. Kami membelinya seharga Rp 6.000 per kg,” ucap dia.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Bayar Zakat Fitrah Bisa Online, Bagaimana Caranya?

Director of Center for Islamic Business and Finance (CIBF) Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Oktofa Yudha Sudrajad juga menjelaskan peran sosial ziswaf.

“Dana tersebut bisa membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak Covid-19. Apalagi potensi zakat di Indonesia sangat besar,” tutur dia.

Berdasarkan data Baznas, potensi zakat tahun 2019 di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 233,6 triliun.

Potensi tersebut berasal dari zakat pertanian Rp 19,79 triliun, zakat uang Rp 58,76 triliun, zakat peternakan Rp 9,51 triliun, zakat perusahaan Rp 6,71 triliun, dan zakat penghasilan Rp 139,07 triliun.

Dari potensi yang besar tersebut, zakat yang berhasil dihimpun baru Rp 9,6 triliun. Itu artinya potensi pengumpulan zakat masih amat besar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com