Bermain telah dilakukan oleh individu sejak masih janin ketika masih berada dalam kandungan.
Selanjutnya, bayi, anak, remaja, orang dewasa dan lanjut usia tetap melakukan kegiatan bermain. Jadi kegiatan bermain tidak mengenal usia.
Di masa perkembangan anak-anak dikenal dengan istilah "dunia anak adalah bermain". Kegiatan utama seorang anak adalah bermain. Tiada hari tanpa bermain.
Dalam pandangan teori rekapitulasi disebut bahwa bermain sebagai proses pembelajaran bagi seorang anak untuk melatih ketrampilan praktis yang nanti dipraktikkan di masyarakat.
Karena itu, dikenal dengan permainan peran tradisional yang sangat memasyarakat. Anak-anak dapat berperan sebagai dokter, tentara, polisi, pilot, ayah, ibu atau peran apa saja.
Anak-anak meniru peran orang dewasa, bahwa mereka berharap dapat memiliki profesi mulia yang dilakukan orang dewasa.
Demikian pula mereka yang sudah lanjut usia, mereka memiliki banyak waktu luang. Mereka sudah pensiun dan tidak bekerja lagi.
Jika mereka menyia-nyiakan waktu luangnya, maka mereka akan merasakan kesepian.
Karena itu, mereka dapat bermain untuk mengisi waktu luangnya. Dalam konsep pengembangan teori kognitif, maka bermain bermanfaat untuk mempertahankan kapasitas memori (daya ingat), sehingga dapat mencegah kepikunan.
PBB sebuah organisasi dunia juga menyatakan bahwa setiap umat manusia, khususnya anak-anak memiliki hak untuk bermain. Jadi tidak ada seorang pun yang dapat melarang bagi siapa pun untuk bermain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.