Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2020, 18:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

BELAKANGAN ini aksi prank menjadi perhatian banyak orang. Hal ini berkaitan dengan beberapa kasus prank di Tanah Air.

Biarpun prank bukan masalah baru di media sosial, tetapi hingga saat ini masih banyak yang menirunya. Bukan hanya untuk lucu-lucuan, tetapi lebih kepada ngerjain orang.

Prank yang artinya gurauan, kelakar, olok-olok, biasanya dibuat oleh seorang YouTuber yang kemudian di-upload pada kanal YouTube pribadi. Ia akan senang kalau banyak yang memberi like atau yang subscribe.

Selama ini konten prank biasanya bersifat ngerjain orang, menjahili, memperdaya, mengolok-olok, bikin kaget, lucu-lucuan.

Tetapi banyak pelaku prank yang kadang keterlaluan, lepas kontrol. Hal ini membuat banyak orang marah, emosi, tersinggung, hingga tidak mustahil dilaporkan ke polisi.

Oleh karena itu, konten prank memang sebaiknya tidak keblablasan. Pencarian ide prank tetap pada koridor bercanda sehat. Jangan sampai terkesan menghina, melecehkan, merendahkan, menakuti.

Kasus Hukum

Baru-baru ini ada beberapa kasus prank yang berujung pada urusan polisi karena sudah dianggap keterlaluan.

Santer tersiar penangkapan YouTuber berinisial FP yang membagikan bingkisan berisi sembako sampah dan batu kepada waria/transgender di Kiaracondong, Bandung.

Video prank berisi sembako sampah dan batu ini berujung ditangkapnya FP oleh polisi di Kilometer 19 Tol Jakarta-Merak.

Kemudian ada lagi prank dari Bone, Makassar, yang juga berujung urusan polisi. Waktu itu AR (perempuan) ngeprank yang membuat tenaga medis di rumah sakit panik.

Pasalnya, AR berpura-pura menjadi pasien positif Covid-19. Ia berpura-pura sesak napas dan kejang- kejang. Tapi bohong.

Kemudian ada lagi prank dari Jakarta Timur. Pelaku prank memberikan kardus sepatu kepada pengendara motor di Terowongan Ceger. Kardus tersebut ternyata berisi mayat bayi. Mengerikan sekali. Hingga kini pelaku masih dicari polisi.

Sadar Diri

Bagi yang suka ngeprank, konten prank memang harus selalu baru. Gagasan yang mengejutkan. Oleh karena itu, tidak aneh apabila konten prank yang di-upload terkadang di luar batas normal.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com