Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/05/2020, 08:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menu makanan di Hari Raya Idul Fitri sangat identik dengan makanan bersantan dan tinggi garam, serta kue kering yang tinggi gula.

Meski terasa nikmat, terlalu banyak mengonsumsi makanan-makanan tersebut bisa menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari.

Nutrition & Wellness Consultant Nutrifood, Moch. Aldis Ruslialdi, SKM, CNWC menyebut, terlalu banyak menyantap makanan bersantan -misalnya, akan meningkatkan asupan lemak jenuh.

Baca juga: Stok Makanan Menumpuk? Yuk, Mulai Atur Kulkas

"Karena kan memang santan sumber lemak jenuh, tidak bisa dipungkiri ujung-ujungnya kolesterol akan semakin buruk, dan risiko penambahan plak di pembuluh darah juga akan semakin tinggi."

Demikian diungkapkan Aldis dalam sesi kulwap media, Jumat (22/5/2020) lalu.

Sementara, terlalu banyak makanan manis dan tepung-tepungan, selain bisa menyebabkan gula darah tinggi, juga bisa meningkatkan meningkatkan asupan kalori.

"Ujung-ujungnya adalah deposit lemak yang semakin tinggi di tubuh," katanya.

Baca juga: 5 Makanan yang Makin Lezat Memakai Butter

Meski begitu, Aldis mengatakan, sebetulnya tidak ada tanda-tanda khusus yang akan terasa jika kita makan berlebih saat Lebaran.

Setiap orang cenderung memiliki tanda-tanda yang berbeda.

Misalnya, sebagian orang lebih sensitif ketika kolesterol jahat dalam darahnya naik atau merasa pusing ketika tekanan darahnya naik.

"Atau punggung dan leher terasa kencang. Itu semua tidak bisa dijadikan patokan karena tidak semua orang seperti itu," ungkap dia.

Baca juga: Apakah Makanan Beku Tidak Menyehatkan?

Namun sederhananya, Aldis menyarankan agar kita menerapkan prinsip berhenti makan sebelum kenyang.

Sebab, meskipun efek makan makanan tertentu tidak terasa secara langsung, efeknya akan akumulatif dan terasa di masa mendatang.

"Berhenti sebelum kenyang bisa dijadikan patokan sebelum hal yang lebih buruk terjadi. Jangan tunggu sampai gejala terasa kalau penyakit seperti ini," papar Aldis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com