KOMPAS.com – Stunting atau perawakan pendek masih menjadi salah satu ancaman yang peling dikhawatirkan orangtua terkait tumbuh kembang anak.
Di Indonesia sendiri, angka penderita stunting masih cukup tinggi. Beradasarkan riset yang dilakukan Studi Status Gizi Balita Inonedia (SSGBI), sebanyak 6,3 juta dari dari 23 juta balita di Indonesia mengalami stunting.
Kabar baiknya, stunting merupakan kelainan yang dapat dicegah. Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Damayanti Sjarif, SpA(K) menjelaskan, pencegahan stunting dapat dimulai dari periode emas pertumbuhan anak.
Periode emas tersebut dimulai pada 1.000 hari pertama kehidupan anak atau sejak anak masih dalam dalam kandungan hingga memasuki usia dua tahun.
Baca juga: Jangan Abaikan Nutrisi 1.000 Hari Pertama Kehidupan, Ini Alasannya
Adapun beberapa cara pencegahan stunting yang dapat dilakukan, yakni dengan memastikan anak tidur nyenyak setiap malam hingga mengajak anak berolahraga secara rutin hingga.
Kedua aktivitas itu penting karena menurut riset, tidur nyenyak dan olahraga dapat merangsang pelepasan hormon pertumbuhan anak.
Salah satu fungsi hormon pertumbuhan adalah untuk merangsang pertumbuhan anak, termasuk tinggi tubuhnya. Beberapa faktor lain yang juga merangsang pertumbuhan anak, yakni faktor genetik, nutrisi, dan kesehatan anak.
Berbicara hormon pertumbuhan, sebenarnya hormon tersebut sudah otomatis dihasilkan kelenjar dalam otak, yaitu kelenjar pituitari atau hipofisis. Menariknya, hormon pertumbuhan anak biasanya lebih banyak diproduksi pada malam hari, dibandingkan siang hari.
Melansir laman Verywell Family, hormon pertumbuhan dikeluarkan pada malam hari, terutama saat anak tidur nyenyak. Kualitas tidur malam yang baik, akan berdampak pada kemampuan kognitif dan pertumbuhan anak kelak.
Baca juga: Rutin Ajak Anak ke Posyandu Bisa Perbaiki Status Gizi
Sebaliknya, jika tidur anak sering terganggu, pertumbuhan anak mungkin tidak terjadi secara normal karena tidak ada lonjakan pelepasan hormon pertumbuhan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.