Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mengenali Alergi Protein Susu Sapi pada Bayi

Kompas.com - 29/05/2020, 13:21 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Alergi makanan bisa terjadi pada usia berapapun, tapi kebanyakan muncul di usia yang sangat dini.

Alergi terjadi karena alergen memasuki tubuh, baik melalui saluran pernapasan maupun makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan.

Makanan umum yang kerap dicurigai memicu alergi antara lain telur, kacang-kacangan, kedelai, gandum, makanan laut, dan susu sapi.

Alergi protein susu sapi (Cow Milk Protein Allergy/CMPA) mungkin terdengar aneh, tetapi ini adalah salah satu penyebab alergi makanan paling umum yang dialami anak di bawah usia 2 tahun.

Director of NICU, Cloudnine Hospital, Gurgaon, India, Dr Sanjay Wazir menjelaskan, protein dalam susu sapi terkadang dikenali tubuh sebagai benda asing, sehingga tubuh mulai memproduksi bahan kimia tertentu sebagai respons dan itulah yang mengarah pada gejala alergi.

Dalam kasus yang jarang terjadi, bayi yang diberi susu secara eksklusif juga dapat memunculkan alergi melalui protein susu yang ditransfer ke dalam ASI sebagai hasil dari pola makan ibu yang kaya akan susu sapi.

Meskipun disebut alergi protein susu sapi, itu bisa terjadi pada konsumsi susu keluarga sapi lainnya, seperti kerbau atau kambing, karena mereka memiliki protein yang sama.

Untungnya, alergi protein susu sapi adalah salah satu dari sedikit alergi yang bisa hilang seiring berjalannya waktu dan kebanyakan anak membentuk toleransi terhadap susu sapi pada usia 3 tahun.

Baca juga: Panduan Pemberian MPASI untuk Bayi yang Punya Alergi

Gejala alergi susu sapi

Gejala-gejalanya dapat bervariasi dari gejala yang sangat ringan hingga penyakit yang kadang mengancam jiwa.

Namun, gejala yang umum terjadi seperti gatal-gatal dan ruam pada kulit, hidung tersumbat, batuk, hingga gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, sakit perut, diare, dan tinja berdarah.

Gejala bisa muncul pada pertama kali anak mengonsumsi susu sapi, tetapi gejala juga bisa tertunda hingga beberapa minggu setelahnya. Itulah mengapa beberapa orang kerap kebingungan.

Dalam kasus-kasus ini, hubungan konstan dari gejala dengan konsumsi akan membantu menegakkan diagnosis. Disarankan untuk berbicara dengan dokter untuk mengonfirmasinya.

Baca juga: Kenali Alergi Susu Sapi Pada Anak

Cara mengenali alergi

Mendiagnosis alergi protein susu sapi tidak mudah karena gejalanya dapat menyerupai banyak kondisi lainnya.

Standar emas diagnosis diawali dengan mengeliminasi produk, melihat dampaknya, lalu diikuti dengan pemberian kembali guna memastikan apakah penyebabnya memang susu sapi.

Penghapusan total susu sapi akan memperbaiki gejala dalam 2-4 minggu, namun pengenalan kembali susu sapi mungkin akan mengembalikan gejalanya. Jika itu terjadi, maka akan mengkonfirmasi diagnosis.

Setelah diagnosis dikonfirmasi, anak harus menjalani diet eliminasi menggunakan formula yang dihidrolisis secara luas atau formula asam amino untuk jangka waktu 6 bulan sebelum melihat kembali apakah anak telah mengembangkan toleransi untuk susu sapi.

Alergi protein susu sapi terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan. Periode ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang bayi.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mendiagnosis gejala alergi protein susu sapi secara akurat untuk menjalani penanganan yang tepat.

Sekali lagi, jika menghadapi keraguan, konsultasikanlah dengan dokter untuk mendapatkan saran-saran yang tepat.

Baca juga: Alternatif Nutrisi Bagi Anak Alergi Susu Sapi


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com