Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asupan Vitamin D Dosis Tinggi Tak Terbukti Dapat Obati Covid-19

Kompas.com - 31/05/2020, 19:46 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah anjuran untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh selama pandemi Covid-19, perhatian orang langsung tertuju pada vitamin D.

Vitamin D diproduksi secara alami oleh tubuh ketika kita terkena sinar matahari, dan beberapa penelitian mengungkap korelasi antara vitamin D dengan kemungkinan hanya mengalami gejala ringan saat terinfeksi Covid-19.

Namun, vitamin D dalam dosis tinggi yang didapat dari berjemur atau mengonsumsi suplemen bukanlah obat ampuh untuk melawan virus corona, menurut laporan yang diterbitkan di BMJ Nutrition, Prevention and Health.

Baca juga: 7 Makanan Kaya Vitamin D, Demi Tulang dan Otot yang Sehat

Para peneliti dari Inggris, AS, dan Eropa berkolaborasi dalam laporan tersebut. Mereka mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap klaim berlebihan tentang vitamin D.

Laporan ini juga menyerukan bukti ilmiah yang lebih kuat untuk mengevaluasi bagaimana vitamin D dapat berdampak pada pasien dengan Covid-19.

"Meskipun ada beberapa bukti vitamin D rendah dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan akut, saat ini tidak ada bukti vitamin D sebagai pengobatan Covid-19 dan suplemen tambahan harus dihindari karena dapat berbahaya."

Demikian kata Carolyn Greig, salah satu penulis studi dan profesor penuaan dan kesehatan di University of Birmingham di Inggris, dalam sebuah pernyataan.

Tak ada hubungan pasti antara vitamin D dan kemampuan melawan virus.

Baca juga: Vitamin D Mencegah Tubuh Terinfeksi Virus Corona, Benarkah?

Di saat penelitian sebelumnya menemukan, kekurangan vitamin D yang dapat terkait virus seperti pilek dan flu musiman, hubungan sebab akibat antara nutrisi dan kemampuan melawan infeksi tidak diketahui secara pasti.

Pasalnya, hasil penelitian tidak menunjukkan penyebab antara vitamin D dan infeksi, sehingga kita tidak bisa mengatakan dengan pasti vitamin D membawa hasil kesehatan yang lebih baik.

Para peneliti perlu melakukan tinjauan sistematis dan meta-analisis yang lebih formal untuk mempelajari data yang tersedia, menurut laporan tersebut.

Banyak faktor yang dapat menjelaskan mengapa kekurangan vitamin D dikaitkan dengan penyakit dalam penelitian sebelumnya.

Dalam studi yang menemukan kekurangan vitamin D terkait tingkat kematian yang lebih tinggi karena Covid-19, bisa disebabkan oleh populasi lansia yang lebih tinggi (yang kekurangan asupan vitamin D atau lebih rentan sakit).

Baca juga: Cara Mendapatkan Manfaat Sinar Matahari Sebagai Sumber Vitamin D

Tidak ada bukti bahwa menambahkan asupan vitamin D, dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan memaksimalkan peluang kita melawan virus corona.

Faktanya, konsumsi vitamin D berlebih justru dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Dosis besar vitamin D (60.000 unit internasional per hari, atau 10 kali jumlah yang disarankan) dapat menyebabkan penumpukan kalsium beracun dan masalah ginjal, menurut Mayo Clinic.

Pada dasarnya, vitamin D tetap penting untuk kesehatan tubuh kita. Namun jika kita sudah memperoleh vitamin dalam jumlah tepat, kelebihan vitamin D tidak akan memberi efek apa pun.

Untuk mencegah Covid-19, lebih baik fokus pada langkah-langkah lain seperti menjaga jarak sosial dan kebersihan.

Baca juga: Manfaat Sinar Matahari Tetap Lebih Baik Ketimbang Suplemen Vitamin D

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com