Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/06/2020, 11:45 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anak-anak biasanya memiliki sikap yang bahagia dan percaya diri. Namun, di usia balita terkadang mereka menggunakan tangisan untuk mengekspresikan keinginan, baik itu karena takut, butuh perhatian, tidak nyaman, atau frustasi.

Jika si kecil justru gampang menangis karena segala hal, kamu perlu mencari tahu alasannya. Apalagi jika sifatnya itu membuat kamu mudah kehilangan kesabaran menghadapinya.

1. Kurang percaya diri

Dilansir dari youngparents, alasan paling umum anak gampang menangis adalah karena kurang percaya diri.

Kepercayaan diri seorang anak di usia balita sangatlah kuat dalam beberapa hal, namun rapuh dalam hal lainnya.

Sebesar apapun keberanian seorang anak pada umumnya, melihat wajah-wajah asing atau kemungkinan anak lain menolak ajakan main dengannya bisa cukup mengurangi rasa amannya dan membuatnya merasa rentan. Di saat seperti itulah mereka mulai menangis.

Baca juga: 5 Tips Bebas Stres Saat WFH Bersama Anak Balita

Cara paling efektif menghadapi anak yang bersikap seperti ini adalah dengan membangun kepercayaan dirinya melalui tahapan-tahapan kecil. Yakinkan dia bahwa dia akan baik-baik saja dan secara bertahap dorong dia untuk menjadi lebih tangguh.

Misalnya, beri tahu dia bahwa ayah atau ibunya tidak akan marah jika dia menangis, tapi hanya jika dia bisa menyelesaikan puzzle-nya (atau pekerjaan dan tantangan lainnya) dengan usaha terbaiknya.

Kamu juga bisa mengatakan kepadanya bahwa jika lain kali dia tidak mendapatkan atau menemukan mainan kesukaannya, dia boleh meminta bantuan namun tanpa merengek.

Tingkatkan kepercayaan dirinya secara perlahan dan mantap. Setiap kali dia berhasil mengatasi kesulitan kecil tanpa merengek atau menangis, beri dia banyak pujian.

Baca juga: 4 Penyebab Muntah pada Anak

2. Cari perhatian

Perilaku anak yang cengeng juga bisa karena mereka menyadari bahwa tangisan adalah cara efektif untuk mendapatkan perhatian.

Strategi yang diberikan untuk anak yang kurang percaya diri tidak bisa diterapkan untuk anak yang mencari perhatian. Sebab, semakin sering orangtua memanjakannya, ia akan mengulangi perilakunya itu.

Sesekali abaikan si kecil ketika menangis karena manipulatif. Salah satu cirinya adalah menangis melengking, sambil berguling-guling atau menendang, serta sesekali melirik ke arah orangtua. Jika diabaikan, ia mungkin akan menangis lebih kencang, namun cobalah untuk tidak bereaksi apapun.

Misalnya, jika dia merengek dan menangis terus-menerus sambil menyela pembicaraanmu dengan orang lain, teruslah berbicara seolah kamu tidak terganggu dengan tangisannya.

Sebaliknya, cobalah mengambil kontrol ketika anak sedang memperhatikanmu. Ini akan dicapai sebagian ketika kamu mengabaikan tangisannya dan justru memberikan perhatian ketika dia sedang tidak mengharapkannya. Misalnya, setelah 10 menit mengabaikan air matanya sampai dia berhenti menangis, katakan padanya betapa senangnya dirimu bahwa dia tidak membuat keributan lagi.

Kombinasi dua teknik ini pada akhirnya akan mengurangi kebiasaan menangisnya sekaligus bahan pembelajaran bahwa perhatian dapat ditarik dengan cara yang lebih positif.

Baca juga: Respons Tepat Orangtua Hadapi Persaingan Kakak Adik

3. Cemas dan tidak bahagia

Tentu saja, anak menangis mungkin juga merupakan tanda kecemasan dan ketidakbahagiaan. Misalnya, ketika anak sering mendengar pertengkaran orangtuanya di rumah atau cemburu pada saudara kandungnya.

Namun, dalam keadaan ini dia menangis karena memang menghadapi suatu kondisi sulit.

Cobalah untuk mengetahui penyebab ketidakbahagiaannya dengan mengamati perilakunya dan berbicara dengannya.  Setelah titik stresnya berkurang, mereka mungkin akan berhenti menangis.

Baca juga: Anak Tantrum Cari Perhatian, Orangtua Harus Bagaimana?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com