Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyongsong “New Normal”, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Kompas.com - 02/06/2020, 18:30 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Dua bulan berlalu sejak Covid-19 mulai ramai menghantam Indonesia, imbauan untuk berdiam di rumah saja kini sudah berganti menjadi ajakan untuk berdamai dengan virus corona. The new normal, istilahnya.

Artinya, kegiatan ekomoni, pendidikan, maupun sektor-sektor lain dalam kehidupan sudah dipersiapkan agar bisa kembali bergeliat, tapi dengan modifikasi tertentu agar penyebaran penyakit ini bisa tetap berkurang.

Satu hal yang perlu ditekankan adalah meski mall, sekolah, dan tempat-tempat publik lainnya sudah kembali dibuka, virus corona masih tetap ada. Jadi, kita tetap tidak bisa melakukan semua kegiatan seperti sebelum pandemi terjadi.

Kita perlu mengubah pola pikir dari berangan-angan, “Kalau pandemi selesai, saya akan…” menjadi menerima kenyataan bahwa pandemi ini tidak akan benar-benar berakhir hingga vaksin Covid-19 ditemukan.

Jika melihat perkembangan penelitian yang sedang berlangsung di seluruh dunia, para ahli memprediksi vaksin corona baru akan ada paling cepat pertengahan tahun 2021.

Baca juga: Pengembangan Vaksin Corona Sudah Sampai Mana?

Langkah yang perlu dilakukan dalam fase the new normal

Idealnya, konsep the new normal baru dapat dilakukan saat kurva infeksi sudah melandai, dan menandakan jumlah kasus Covid-19 baru sudah berkurang setiap harinya.

Di Indonesia, kurva ini sama sekali belum landai, bahkan masih terus menanjak dan bisa jadi belum mencapai puncak.

Karena itu dengan adanya pembukaan kembali fasilitas publik, masyarakat Indonesia perlu lebih waspada.

Jika tiba waktunya Anda harus kembali bekerja di kantor atau si Kecil sudah kembali bersekolah, pencegahan penyebaran Covid-19 jangan malah menjadi kendur.

Saat menjalani the new normal nanti, jangan sampai kita justru tertular atau menularkan penyakit ini ke orang lain.

Medical editor SehatQ, dr. Anandika Pawitri mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dilakukan saat kita menjalani skenario new normal nanti, seperti:

  • Tetap melakukan physical distancing, terutama di tempat-tempat ramai
  • Membiasakan cuci tangan setiap habis menyentuh sesuatu dan jangan hanya saat tangan terlihat kotor
  • Selalu menggunakan masker, tidak hanya saat sakit atau beraktivitas di tengah polusi. Masker bahkan harus tetap dipakai bahkan saat berolahraga di gym atau studio yoga.
  • Wajib membawa hand sanitizer, terutama jika naik kendaraan umum, sehingga bisa langsung mencuci tangan sesaat setelah menyentuh sesuatu
  • Membatasi aktivitas di luar rumah, meski tempat publik sudah buka
  • Membeli bahan kebutuhan sekaligus untuk jangka waktu satu minggu atau satu bulan jika memungkinkan sehingga tidak perlu bolak-balik ke supermarket
  • Mengutamakan opsi belanja online atau mencari toko yang tidak terlalu padat pembeli
  • Menghindari keramaian dan lebih berhati-hati ketika bepergian, terutama bagi lansia
  • Untuk lansia, jika terpaksa harus bepergian harus lebih cermat dan sebisa mungkin hindari tempat ramai.

Baca juga: Masker Wajah Tidak Dapat Menggantikan Social Distancing

Selain hal-hal di atas, dr. Anandika juga menambahkan bahwa akan ada banyak perubahan akibat pandemi ini.

“Pemandangan seperti kasir yang dibatasi dengan tirai plastik atau restoran dengan penutup plastik antarmeja, yang sebelumnya tidak ada, saat ini jadi pemandangan normal,” ungkapnya.

Hal ini membuat kita harus siap beradaptasi dengan kondisi yang baru.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com