Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/06/2020, 10:27 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Ada miliaran saraf dalam tubuh kita. Kebanyakan adalah saraf periferal yang bisa diibaratkan seperti cabang pohon, menyebar ke segala penjuru dan mengirimkan sinyal ke “batang” yaitu otak dan saraf tulang belakang.

Ketika semua berjalan lancar, otak akan mendapatkan informasi yang diperlukannya sehingga kita bisa menggerakkan otot, mengenali nyeri, hingga menjaga organ-organ dalam berfungsi normal.

Sebaliknya, ketika saraf periferal alias saraf tepi mengalami kerusakan. Berjalan biasa jadi hal yang menantang, kita mungkin mengalami nyeri yang tak reda, atau cidera parah gara-gara kita tak tahu sepanas apa panci di atas kompor menyala.

Kerusakan saraf periferal disebut juga dengan neuropati. Kondisi ini diderita oleh jutaan orang dan penyebab utamanya adalah kadar gula darah yang tidak terkontrol atau diabetes.

“Penyebab kedua adalah kelainan bawaan, diikuti dengan gerakan yang berulang-ulang dan juga penyakit lyme,” kata dokter bedah bidang rekonstruksi saraf Andrew Elkwood.

Penyebab lainnya termasuk trauma mendadak (seperti kecelakaan mobil), penuaan, kekurangan vitamin, paparan toksik berat, dan juga penyakit autoimun. Pada sebagian kecil kasus pemicunya tidak diketahui.

Baca juga: Menghentikan Neuropati agar Tak Menjadi Lebih Buruk

Menurut dokter neurologi Isha Gupta, sebagian besar kerusakan saraf berkembang perlahan.

“Ini berarti kita masih bisa mengobatinya sebelum menjadi buruk. Sayangnya, mendapatkan diagnosis yang akurat tidak selalu mudah,” kata Gupta.

Untuk mencegahnya, jangan abaikan gejala-gejala kerusakan saraf berikut ini:

1. Merasa kebas, kesemutan, atau sensasi rasa terbakar
Sensasi tersebut adalah gejala awal kerusakan saraf dan mungkin menyebar dari tangan atau dari kaki ke jari-jari.

“Tekanan pada saraf sensori, biasanya ketika tidur, adalah penyebab tersering dan gejala kebas atau kesemutan ini hanya sementara,” kata Gupta.

Walau begitu, jika gejala itu bertahan lama, segera cek ke dokter.

Baca juga: Laporan Terbaru, Covid-19 juga Sebabkan Gangguan Saraf

Ilustrasi lukaThinkstock Ilustrasi luka

2. Terluka karena mati rasa
Saraf sensori seharusnya memberitahu otak jika sebuah permukaan atau benda berbahaya untuk mencegah kita terbakar, mengalami luka sayatan, atau trauma.

3. Sulit atau tak bisa menggerakkan bagian tubuh
Jika saraf motor terpengaruh, maka bisa terjadi kelemahan otot, bahkan kelumpuhan. Gejala berupa tidak bisa menggerakkan satu sisi tubuh, sulit berjalan, atau kebingungan, juga merupakan tanda stroke. Segeralah ke rumah sakit.

Baca juga: Banyak Orang Dewasa Tak Kenali Gejala Stroke

4. Nyeri pada satu kaki
Rasa nyeri yang tajam dan konstan, sensasi terbakar, atau kesemutan, yang dimulai di punggung bawah dan menjalar ke belakang kaki, bisa menjadi gejala sciatica.
Hal ini terjadi ketika saraf sciatic, yang berada di bagian punggung bawah ke panggul, dan turun ke kaki, tertekan atau rusak. Pemicunya bisa karena gangguan pada tulang punggung atau penyakit diabetes.

5. Sering buang air kecil
Kerusakan saraf juga bisa membuat kandung kemih mengirim sinyal keliru, sehingga kita merasa terus ingin buang air kecil atau sulit melakukannya.

6. Sakit kepala mendadak dan intens
Kondisi sakit kepala berat yang diikuti dengan perasaan seperti kesetrum ini disebut juga ociipital neuralgia. Pemicunya adalah saraf di leher terjepit.

7. Linglung
Mendadak terhuyung-huyung dan hampir jatuh? Jika saraf besar yang memengaruhi sensasi mengalami kerusakan, maka kita akan kehilangan koordinasi dan sulit merasakan posisi tubuh sehingga rentan jatuh.

Pada sebagian kasus, jika penderita gangguan saraf ini juga mengalami tremor, otot kaku, dan perubahan bicara, kemungkinan itu adalah pertanda penyakit Parkinson yang disebabkan sel saraf di otak mengalami kerusakan.

Baca juga: Gadget Bisa Picu Kerusakan Saraf, Apa Gejalanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com