Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihatlah, Bagaimana Stres pada Orangtua Bisa Sangat Melukai Anak

Kompas.com - 04/06/2020, 10:27 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Coba perhatikan. Apakah kamu menjadi orangtua yang lebih sering marah kepada anak di tengah tekanan masa pandemi Covid-19?

Jika iya, maka kamu sebenarnya tak perlu khawatir. Sebab, kamu tidak sendirian.

Ketika keluarga "terjebak" hanya berada di dalam rumah, disadari atau tidak orangtua memang memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih mudah marah.

Ada pula rasa frustrasi terhadap anak-anak akibat pandemi ini, hingga memicu hilangnya kesabaran orangtua.

Baca juga: Mengatasi Insomnia karena Stres Selama Pandemi

“Kelanjutannya adalah orangtua biasanya lalu merasa sangat bersalah, menyesal, karena sempat kehilangan kesabaran," kata Psikiater di Pusat Kesehatan Psikologis Singapura, Dr Lim Boon Leng.

Kondisi tinggal di rumah memang berpotensi meningkatkan kadar stres pada orangtua terkait berbagai isu dan masalah yang menjadi pemicunya.

Theresa Pong, Penasihat Utama di Focus on the Family Singapore, yang biasa memberikan pendampingan kepada pasangan suami-istri memberi pendapat tersebut. 

Ada kondisi, seperti cabin fever yang terjadi seperti tanpa jeda, hingga kewajiban merawat anak-anak sendirian sambil tetap harus memenuhi komitmen kerja.

Belum lagi, kondisi yang memaksa suami-istri bekerja berdekatan di rumah, kekhawatiran tentang keuangan, kesehatan, dan hal-hal menyangkut gaya hidup keluarga.

Di saat orangtua memiliki harapan tinggi untuk bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak, mereka juga harus menyeimbangkan kondisi bekerja dari rumah, sambil merawat anak-anak.

Baca juga: Mengenali Jerawat karena Stres, dan Cara Mengatasinya

Pada akhirnya, garis tegas yang semula memisahkan urusan pekerjaan dan keluarga, kini kian samar.

"Stres tambahan dapat mengakibatkan kekecewaan dan bahkan kebencian, menyebabkan orangtua kehilangan regulasi emosional," kata Pong.

Ibu ternyata lebih stres daripada ayah

Meskipun stres dapat terjadi pada ibu dan ayah, namun ibu lebih rentan, karena mereka cenderung menjadi pengasuh utama.

Pandangan ini diutarakan Christine Wong, pendiri dan pelatih psikotrauma utama di Rhemaworks International -sebuah lembaga konsultasi swasta untuk pelatihan dan terapi kehidupan dan pribadi.

Wong mengatakan, data survei keluarga di Singapura, dengan responden 1.076 ibu di bulan Maret dan April, telah membuktikan hal ini.

Baca juga: Turunkan Stres, 5 Makanan Berikut Bantu Mood Tetap Terjaga

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com