Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Face Shield atau Masker, Mana Lebih Efektif Tangkal Covid-19?

Kompas.com - 05/06/2020, 08:37 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber SELF

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat semua orang diwajibkan mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah.

Namun, tidak semua orang merasa nyaman menggunakan penutup hidung dan mulut semacam itu.

Selain itu, penggunaan masker yang salah justru berpotensi meningkatkan risiko infeksi, alih alih mencegah penyebaran virus.

Baca juga: Olahraga Pakai Masker, Benarkah Berbahaya?

Sebagai alternatif masker, sejumlah produsen juga membuat face shield -penutup wajah dengan panel plastik yang melengkung menutup seluruh bidang wajah.

Sebagian orang menganggap face shield lebih nyaman, mudah dilepas-pasang, bisa digunakan kembali, serta mudah dibersihkan.

Namun, mana yang lebih efektif mencegah penyebaran virus, face shield atau masker?

Penelitian tentang face shield terbatas, namun tergolong menjanjikan.

Dalam penelitian yang dimuat pada Journal of Occupational and Environmental Hygiene di tahun 2014 face shield dipakaikan pada kreasi robot yang bernafas.

Kreasi itu dibuat oleh para peneliti dari National Institute for Occupational Safety and Health.

Setelah itu, penelitikemudian menempatkan robot lain yang membatukkan virus flu ke depan robot tersebut, dalam jarak sekitar 50 centimeter.

Face shield ternyata mampu mencegah robot menghirup 96 persen virus dalam lima menit.

Dalam tes tambahan, efektivitas face shield bervariasi berdasarkan ukuran tetesan yang dikeluarkan.

Baca juga: Cegah Jerawat akibat Pemakaian Masker Selama Pandemi

Namun indikasi keseluruhan adalah, face shield dapat melindungi pemakainya dari kuman yang disebarkan oleh orang lain.

Sayangnya, belum ada penelitian yang membahas apakah face shield mampu melindungi orang lain dari kuman yang keluar dari mulut atau hidung pemakainya.

Hal ini membuat beberapa ilmuwan waspada.

"Kami tidak punya penelitian yang mengatakan face shield akan memberikan perlindungan bagi orang-orang di sekitar jika kita sakit."

Hal itu dikatakan Ahli Epidemiologi Pencegahan Infeksi di George Mason University, Saskia Popescu, Ph.D.

Namun demikian, sebagian orang berpendapat, berdasarkan pada hukum fisika, face shield kemungkinan juga bisa melindungi orang lain.

Sebab, segala sesuatu yang keluar dari mulut kita akan bergerak maju dan tentunya akan mengenai material plastik yang ada di depan kita.

"Menurut mereka secara fisik tidak bisa dilalui," kata Eli Perencevich, M.D.

Eli Perencevich adalah  Profesor Penyakit Dalam dan Epidemiologi di University of Iowa Carver College of Medicine, yang pada bulan April menerbitkan komentar di JAMA tentang dukungan terhadap face shield.

Perencevich dan rekan-rekannya kini tengah mendesain penelitian untuk menemukan jawaban atas masalah tersebut. Namun kelanjutan penelitian tersebut masih terbentur dana.

Beberapa orang skeptis terhadap face shield karena terbuka pada bagian sisi dan bawah. Meski mungkin sebenarnya celah ini mungkin tidak akan menimbulkan banyak masalah.

Baca juga: Era New Normal Naik Kereta Api: Wajib Pakai Face Shield, Alatnya Disediakan KAI

Penelitian menunjukkan, Covid-19 umumnya menyebar melalui tetesan (droplet) yang keluar dari mulut atau hidung seseorang.

Droplet tersebut ditarik ke bawah oleh gravitasi dalam jarak sekitar dua meter.

Face shield diyakini mampu mencegah tetesan tersebut mengenai wajah seseorang karena terlebih dahulu mengenai material plastik di depan wajah.

Untuk bisa masuk melalui celah face shield, virus perlu berlama-lama di udara dalam partikel yang lebih kecil yang dikenal sebagai aerosol, dan akhirnya berkelok-kelok masuk melalui sisi face shield.

Namun, menurut Ahli Epidemiologi Penyakit Menular dari University of Toronto, David Fisman, M.D., pola penyebaran Covid-19 menunjukkan aerosol adalah hal yang tidak biasa.

Beberapa penelitian menemukan, virus dapat bertahan di udara, tetapi temuan epidemiologis, --seperti data mengejutkan menunjukkan orang sering tidak sakit bahkan ketika anggota keluarganya memiliki Covid-19- menunjukkan transmisi aerosol jarang terjadi.

Baca juga: Presiden Trump dan Masker yang Tak Pernah Dipakainya

Namun, bagi orang yang khawatir tentang potensi penyebaran virus dari udara, bioengineer yang bekerja dengan National Institute for Occupational Safety and Health, William Lindsley, Ph.D. menyarankan menggunakan face shield dan masker di saat yang bersamaan.

William adalah ilmuwan yang melakukan penelitian menggunakan robot batuk di 2014.

Menurut dia, penggunaan masker dan face shield sekaligus bisa memblokir hingga 97 persen virus.

Penting pula untuk dicatat bahwa belum ada penelitian yang benar-benar mengonfirmasi bahwa masker kain dapat menghalangi sejumlah virus agar tidak dikeluarkan ke udara.

Ada pun jenis masker yang disarankan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) adalah masker respirator N95.

Hanya saja, masker tersebut lebih diprioritaskan untuk para tenaga kesehatan, terutama yang menangani pasien Covid-19.

Namun, studi Disaster Medicine and Public Health Preparedness di 2013 menyebutkan, meskipun masker medis lebih efektif, masker kain juga bisa membantu mencegah penyebaran virus influenza, virus yang mirip dengan Covid-19.

Jadi, mengenakan masker kain lebih baik daripada tidak sama sekali, terutama untuk digunakan oleh orang-orang yang mungkin terinfeksi tetapi tidak menunjukkan gejala.

Baca juga: Konsep Masker Fitness Masa Depan ala Reebok

Namun, Perencevich tetap meyakini face shield memberikan perlindungan lebih daripada masker.

Manfaat lain

Face shield juga disebut memiliki manfaat yang tidak dimiliki oleh masker. Face shield melindungi tidak hanya hidung dan mulut, tetapi juga mata.

Sebab, sejumlah studi menyebutkan bahwa jika tetesan mengenai mata, virus juga bisa menginfeksi tubuh seseorang.

Selain itu, tidak seperti masker, penggunaan face shield juga cenderung lebih mudah sehingga meminimalisasi kemungkinan salah pakai.

Menggunakan face shield juga mencegah seseorang menyentuh wajah mereka. Berbeda dengan masker, di mana penggunanya masih bisa dengan mudah menyentuh wajahnya.

Face shield bisa digunakan kembali setelah dicuci bersih. Cara mencucinya, cukup gunakan sabun dan air atau lap menggunakan disinfektan.

Jika penggunaan face shield tidak disertai masker, ekspresi wajah dan gerak bibir pengguna juga masih bisa terlihat.

Hal ini penting, terutama bagi tuna rungu atau mereka yang punya masalah pendengaran.

Sejumlah merek kenamaan juga mulai memproduksi face shield. Beberapa di antaranya adalah Apple, Nike, Ford, hingga John Deere.

Baca juga: Akhirnya, Uniqlo Bikin Masker Wajah Pakai Bahan dari Airism

Beberapa organisasi sukarelawan juga membuatnya, bahkan Amazon baru-baru ini mengumumkan akan segera menjual face shield.

Nah, mengenai efektif atau tidak, ini semua kembali kepada diri kita sendiri.

Sebab, risiko penularan virus sebetulnya juga dipengaruhi oleh faktor lain. Termasuk bagaimana kita menjaga kebersihan diri dan disiplin menjaga jarak.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber SELF
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com