Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Besar Bayi Saat Lahir, Makin Sehat, Benarkah?

Kompas.com - 08/06/2020, 10:57 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Di antara sederet pertanyaan umum pertama ketika seorang ibu baru melahirkan, salah satunya adalah "lahirnya berapa kilo?" atau "berapa beratnya waktu lahir?"

Pertanyaan itu secara tradisional sekaligus mencerminkan pemahaman bahwa bayi yang lahir besar dipandang sebagai pertanda kesehatan yang baik.

Nah, berlawanan dengan pemahaman populer tersebut, ternyata ukuran bayi saat lahir tidak menentukan kesehatan bayi.

Baca juga: Ingin Coba Pijat Bayi? Ada 5 Hal yang Harus Dihindari

Hal ini diungkapkan Dr Suzanna Sulaiman, Kepala dan Konsultan Senior di Departemen Obstetri dan Ginekologi di KK Women's and Children's Hospital (KKH), Singapura.

Penjelasan senada pun disampaikan Asisten Profesor Victor Samuel Rajadurai, selaku Konsultan Senior di Departemen Neonatologi, KKH.

Dia menyebutkan, fakta membuktikan bayi yang lahir dengan berat lebih dari 3,8 kilogram justru menghadapi lebih banyak komplikasi daripada bayi berukuran normal.

Baca juga: Hidung Membesar Saat Hamil Tanda Mengandung Bayi Laki-laki, Benarkah?

Komplikasi yang umum terjadi antara lain, cedera saat lahir, gula darah rendah, kadar kalsium rendah, dan kondisi kuning.

"Rata-rata, berat bayi cukup bulan berkisar dari 2,6-3 kilogram," kata Dr Suzanna.

Dia menyebutkan, kebanyakan bayi besar dilahirkan oleh ibu dengan diabetes, atau yang menderita diabetes pada saat kehamilan, yang dikenal sebagai diabetes mellitus gestasional.

Secara umum, bayi lahir besar pun memiliki potensi cacat lahir tiga kali lipat lebih tinggi, terhadap bagian otak, paru-paru, jantung, saluran pencernaan, dan tulang belakang.

Baca juga: 3 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Saat Bayi Demam

Bahkan, beberapa bisa terkait dengan sejumlah sakit kritis lainnya.

Lebih jauh lagi, bayi yang lahir di atas empat kilogram, membuat bayi berisiko tinggi terkena obesitas dan diabetes sebagai anak, dan juga saat dewasa.

Sebagai konsekuensinya, ibu hamil harus memantau glukosa darah mereka di paruh kedua kehamilan demi mendeteksi adanya diabetes.

Bahkan, jika ada deteksi dini diabetes mellitus gestasional, penting untuk memantau kadar gula dan juga memiliki diet diabetes seimbang sepanjang masa kehamilan.

Baca juga: Cara Mengenali Alergi Protein Susu Sapi pada Bayi

Kontrol yang baik terhadap diabetes mellitus gestasional sangat penting dalam mendapatkan hasil kehamilan yang baik.

Setelah melahirkan, penting juga untuk melakukan tes toleransi glukosa oral untuk memastikan bahwa kondisi telah pulih.

"Jika kondisinya terkendali dengan baik, sebagian besar efek samping dapat dicegah," kata Rajadurai menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com