Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebiasaan Berpikir Negatif Meningkatkan Risiko Demensia

Kompas.com - 09/06/2020, 20:43 WIB
Gading Perkasa,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demensia adalah penyakit degeneratif yang umumnya menyerang orang berusia lanjut.

Namun, penyakit ini dapat dialami oleh orang-orang berusia usia lebih muda, apabila mereka sering berpikir negatif atau mengkhawatirkan masa depan, menurut studi terbaru.

Studi yang melibatkan pemindaian otak dan pemantauan perilaku pada 360 orang ini menemukan hubungan antara pemikiran negatif dan penurunan kognitif, serta peningkatan jumlah dua protein yang terkait penyakit Alzheimer.

Baca juga: Terbukti, Berpikir Negatif Rusak Kondisi Fisik dan Mental

"Pemahaman lebih baik tentang risiko demensia sangat penting untuk meningkatkan intervensi terapeutik," kata penulis studi Natalie Marchant, psikiater dan peneliti senior di departemen kesehatan mental di University College London.

Intervensi terapeutik adalah upaya yang dilakukan individu atau kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain yang membutuhkan bantuan, tetapi menolak atau sebaliknya tidak dapat memberi dan menerima bantuan.

"Temuan dari penelitian ini memberikan dukungan lebih lanjut akan pentingnya kesehatan mental untuk dipertimbangkan dalam pemindaian demensia."

Saat ini, dokter menggunakan pemindaian otak dan ujian kognitif untuk menguji demensia, tetapi pemindaian masalah kesehatan mental bisa menjadi bagian perawatan klinis masa depan untuk pasien pada tahap awal penyakit tersebut.

Studi ini dipublikasikan di Alzheimer's and Dementia, jurnal Alzheimer's Association.

Baca juga: Risiko Demensia Mengintai Penggemar Nonton TV

Selama dua tahun, 360 partisipan berusia di atas 55 tahun yang pernah atau sedang mengalami demensia dimonitor untuk perilaku berpikir negatif. Mayoritas dari mereka berkulit putih, dan 73 persen adalah perempuan.

Perilaku berpikir negatif itu mencakup mengkhawatirkan masa depan secara terus-menerus dan berpikir tentang masalah atau emosi mereka.

Peserta mengisi survei tentang gejala depresi dan kecemasan dan menilai fungsi kognitif mereka. Fungsi-fungsi itu termasuk memori, bahasa, dan rentang perhatian.

Lebih dari sepertiga atau 113 partisipan menjalani pemindaian otak PET, yang mengungkapkan endapan protein tau dan beta amiloid, tanda-tanda peringatan yang dicari dokter untuk mendeteksi Alzheimer di tahap awal.

Peneliti menemukan, orang-orang dengan pola pikir negatif yang lebih berulang cenderung memiliki penumpukan protein di otak mereka.

Orang-orang yang sama juga memiliki tingkat penurunan kognitif yang lebih tinggi.

Baca juga: Tak Punya Pasangan Hidup Bisa Tingkatkan Risiko Demensia 42 Persen

Pentingnya mengetahui manfaat meditasi secara klinis

Depresi dan kecemasan dikenal sebagai faktor risiko Alzheimer, namun penelitian ini berupaya menjelaskan alasan yang mendasari.

Mengetahui cara negatif orang dengan depresi dan kecemasan, serta efek jangka panjang yang terjadi bisa menjelaskan mengapa depresi dan kecemasan tetap menjadi risiko utama.

Dr. Gael Chetelat, co-author penelitian dari Universite de Caen-Normandie, menyebut praktik pelatihan mental seperti meditasi dapat membantu memberikan nilai-nilai positif serta menurunkan pola pemikiran negatif."

Baca juga: Waspada, Penurunan Kecepatan Berjalan Indikasikan Gejala Demensia

Perlu studi lebih lanjut

Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia, penyakit yang menyebabkan sel-sel otak terbuang, dan ditandai oleh penurunan keterampilan kognitif dan sosial, serta hilangnya fungsi independen.

Karena belum ada obat yang diketahui dapat mengobati Alzheimer, penting untuk memeriksakan penyakit ini sejak dini ke dokter.

Mengidentifikasi faktor risiko potensial diperlukan untuk langkah pencegahan.

Namun, Merchant mengatakan studi lanjutan diperlukan untuk memahami temuan ini, terutama bagi kelompok ras lain yang tidak terwakili dalam penelitian Alzheimer.

"Mayoritas peserta adalah ras Kaukasia, sehingga kami tidak dapat memberi jawaban berarti tentang perbedaan ras yang potensial," kata Merchant kepada Insider.

Hal itu juga disetujui Fiona Carragher, Director of Research and Influencing di Alzheimer's Society.

"Sebagian besar orang dalam penelitian ini sudah diidentifikasi memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer," kata Carragher.

"Kami perlu melihat apakah hasil ini sama dalam populasi umum dan jika pemikiran negatif secara berulang meningkatkan risiko penyakit Alzheimer."

Baca juga: Rutin Olahraga Bisa Turunkan Risiko Demensia, Apa Sebabnya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com