KOMPAS.com - Starbucks telah menyatakan dukungannya terhadap gerakan Black Lives Matter secara terbuka.
Namun di sisi lain, jaringan kedai kopi asal Amerika Serikat itu melarang karyawannya mengenakan pakaian atau atribut terkait Black Lives Matter.
Starbucks mengirimkan beberapa tweet pekan lalu, berjanji untuk "berdiri dalam solidaritas dengan mitra, pelanggan, dan komunitas kulit hitam."
Baca juga: Ketika J.Lo Turun ke Jalan Ikut Aksi Black Lives Matter
Tapi secara offline, Starbucks melarang barista dan karyawan toko mereka untuk mengekspresikan dukungan yang sama di tempat kerja.
Informasi ini terungkap berdasarkan sebuah memo yang diperoleh laman BuzzFeed News.
Perusahaan itu menyatakan, atribut Black Lives Matters tidak mematuhi kebijakan pelarangan kode berpakaian yang mewakili "masalah politik, agama, atau pribadi."
Namun, kebijakan ini terasa bertentangan dengan apa yang telah dilakukan perusahaan sebelumnya, saat mendukung LGBTQ, termasuk hak pernikahan komunitas tersebut kepada para pekerja.
Baca juga: New Balance Mendonasikan 10.000 Sepatu Lari untuk Black Community
Zing Shaw, Wakil Presiden Starbucks untuk inklusi dan keragaman, beralasan pesan Black Lives Matter dapat memecah belah pelanggan.
"Ada pihak yang salah mengartikan prinsip-prinsip dasar gerakan Black Lives Matter, dan dalam keadaan tertentu sengaja mengubah prinsip itu untuk memperkuat ketegasan," demikian bunyi memo itu.
Kepada BuzzFeed, Calvin Benson, barista berkulit hitam yang bekerja di Starbucks Atlanta, mengatakan keputusan Starbucks mengecewakan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.