Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari, 6 Kesalahan Saat Adu Argumentasi dengan Pasangan

Kompas.com - 16/06/2020, 07:28 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Pilihan kata-kata tersebut juga tidak terdengar seperti penghinaan pribadi pada karakter seseorang.

3. Menggunakan "kamu", ketimbang "aku"

Kebiasaan ini juga bisa memicu pasangan menjadi defensif. Misalnya, mengatakan "kamu merusak..." atau "kamu membuatku...".

Seorang konselor profesional berlisensi, Mark Mayfield, Ph.D., menjelaskan bahwa pernyataan menyalahkan semacam ini sering memicu emosi orang lain dan cenderung tidak akan menemui solusi.

Sebaliknya, gunakan pernyataan "aku" seperti, "aku merasa frustrasi ketika..." atau "aku butuh...", dan lainnya.

"Pernyataan-pernyataan ini memungkinkan kita mengekspresikan perasaan dalam situasi tersebut, tidak menyalahkan orang lain, dan menempatkan fokus masalah pada diri sendiri," kata dia.

Ketika pasangan mengetahui perasaan kita, maka dia akan lebih berempati.

4. Menunggu waktu bicara daripada mendengar

Secara alami kita pasti ingin merespons dan melindungi diri, namun reaksi ini rentan memicu pertengkaran.

Menurut Mayfield, yang sering terjadi adalah emosi kita ikut meninggi dan terbawa dalam argumentasi lalu melekat pada satu kata atau frasa yang diungkapkan oleh lawan bicara kita.

Baca juga: Melamar Kekasih Bisa di Mana Saja, Bahkan di Tengah Aksi Unjuk Rasa

Kemudian, kita mulai mengembangkan pertahanan diri tanpa mendengarkan keseluruhan argumentasi dari pihak lain.

"Kita cenderung menanggapi sebagian dari apa yang dikatakan dan melewatkan sebagian besar argumentasi tersebut."

"Ini hanya akan membuat ketegangan semakin panjang," ungkapnya.

Fokus mendengarkan apa yang dikatakan orang lain akan membawa kita menjadi lebih terbiasa mengontrol diri, agar tidak terbawa dalam argumentasi yang tidak sehat.

Fokuslah memerhatikan nada bicara, bahasa tubuh, perasaan, dan poin yang lawan bicara ungkapkan.

Kita bisa mengulangi kembali poin-poin itu untuk menegaskan kembali, kita mendengarkannya, kemudian barulah sampaikan argumentasi kita, dan mencari solusinya bersama.

5. Mengambil napas pendek

Ini mungkin terdengar sederhana, namun mengambil napas pendek bisa mengaktivasi sistem dalam tubuh yang memicu pertengkaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com