Ketika pasangan mengetahui perasaan kita, maka dia akan lebih berempati.
Secara alami kita pasti ingin merespons dan melindungi diri, namun reaksi ini rentan memicu pertengkaran.
Menurut Mayfield, yang sering terjadi adalah emosi kita ikut meninggi dan terbawa dalam argumentasi lalu melekat pada satu kata atau frasa yang diungkapkan oleh lawan bicara kita.
Baca juga: Melamar Kekasih Bisa di Mana Saja, Bahkan di Tengah Aksi Unjuk Rasa
Kemudian, kita mulai mengembangkan pertahanan diri tanpa mendengarkan keseluruhan argumentasi dari pihak lain.
"Kita cenderung menanggapi sebagian dari apa yang dikatakan dan melewatkan sebagian besar argumentasi tersebut."
"Ini hanya akan membuat ketegangan semakin panjang," ungkapnya.
Fokus mendengarkan apa yang dikatakan orang lain akan membawa kita menjadi lebih terbiasa mengontrol diri, agar tidak terbawa dalam argumentasi yang tidak sehat.
Fokuslah memerhatikan nada bicara, bahasa tubuh, perasaan, dan poin yang lawan bicara ungkapkan.
Kita bisa mengulangi kembali poin-poin itu untuk menegaskan kembali, kita mendengarkannya, kemudian barulah sampaikan argumentasi kita, dan mencari solusinya bersama.
Ini mungkin terdengar sederhana, namun mengambil napas pendek bisa mengaktivasi sistem dalam tubuh yang memicu pertengkaran.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.