Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/06/2020, 10:02 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para penggemar dan penikmat sepeda tentu familiar dengan Brompton, merek sepeda buatan tangan asal London, Inggris.

Harganya yang selangit, dan kian menjadi perhatian ketika ditemukan sebagai salah satu barang yang diselundupkan dalam kasus Garuda Indonesia, menjadikan sepeda kreasi Andrew Ritchie ini semakin terkenal di Indonesia.

Baca juga: Enggak Tega Beli Brompton? Coba Lirik Sepeda-sepeda Ini...

Di sisi lain, tren bersepeda yang memuncak di banyak kota di Tanah Air pun mendongkrak ketertarikan banyak orang terhadap sepeda, termasuk Brompton.

Namun, tawaran harga yang tidak murah membuat sepeda ini hanya bisa menyentuh kalangan pesepeda tertentu.

Lalu, ketertarikan orang pada model khas sepeda dengan tiga lipatan itu pun membuat produksi sepeda jiplakan Brompton laku keras.

Tentu saja, dengan harga yang jauh lebih murah.

Baca juga: Brompton Explore, Sepeda Mahal yang Sandung Dirut Garuda

Praktik tersebut dilakukan oleh pabrikan besar asal China dan Indonesia.

Sebutlah Element Pikes, United Trifold, dan 3sixty dari China yang merupakan produsen penjiplak desain Brompton, dan laris di pasaran.

Para penggunanya pun tak segan memakai ornamen khas Brompton hingga terlihat amat mirip, dan mungkin bisa mendapatkan kebanggaan serupa, meski harus meniru.

Baca juga: Mengapa Harus Pakai Sepeda Semahal Brompton, Tren atau Kebutuhan?

Namun, bagaimana dengan industri rumahan yang membuat sepeda tiruan Brompton dengan tangan (handmade), seperti cara membuat di kota asalnya, London?

Ya, ada merek asal Bandung yang memproduksi rangka sepeda lipat mirip Brompton, yang diberi nama Kreuz.

Ditemui di workshop-nya di Bandung, dua pemilik Kreuz, Yudi Yudiantara (50) dan Jujun Junaedi (37), menceritakan awal mula terciptanya sepeda Kreuz.

Tidak sengaja

Sepeda Kruez buatan tangan asal BandungKOMPAS.com/RENI SUSANTI Sepeda Kruez buatan tangan asal Bandung

“Asalnya kami membuat tas pannier yang di-press tanpa jahitan dengan sistem quicklock mirip buatan Jerman pada tahun 2018,” ujar Yudi, mengawali perbincangannya dengan Kompas.com, belum lama ini.

Meski mencoba menyaingi kualitas Jerman, tas Kreuz tersebut menawarkan harga lebih murah, bahkan jika dibandingkan dengan produksi China. Pendekatan ini membuat produknya laku keras.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com