Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Telur Infertil Tidak Boleh Dijual, Tapi Banyak Beredar

Kompas.com - 21/06/2020, 12:51 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Sebagai salah satu sumber protein yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, kebutuhan akan stok telur ayam tentu selalu tinggi.

Sayangnya, tingginya minat pembelian ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab dengan menjual telur infertil.

Telur infertil ini biasanya dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding telur biasa. Padahal, menurut Peraturan Kementerian Pertanian atau Permentan Nomor 32 tahun 2017, telur infertil dan telur tertunas dilarang diperjualbelikan sebagai telur konsumsi.

Lantas, apa itu telur infertil? Berikut ini penjelasannya.

Asal muasal telur infertil

Sebelum sebutir telur bisa menetas menjadi anak ayam, tentu saja ayam betina perlu dibuahi terlebih dahulu oleh ayam jantan. Sehingga saat ia bertelur, telur yang keluar adalah telur fertil atau telur yang subur.

Perlu diingat, bahwa selama asupan makanannya cukup, ayam betina tetap bisa bertelur tanpa dibuahi oleh ayam jantan terlebih dahulu.

Telur yang keluar dari ayam betina yang tidak dibuahi inilah yang dinamakan sebagai telur infertil. Telur infertil tidak bisa menetas menjadi anak ayam.

Telur infertil yang memang diternakkan dari ayam petelur boleh dikonsumsi dan diperjualbelikan. Karena memang dari awal, telur ayam tersebut diproduksi bukan untuk ditetaskan.

Sementara itu, terlur infertil yang tidak oleh diperjualbelikan adalah telur yang masuk dalam kelompok hatching eggs (HE). Hatching eggs secara harafiah bisa diartikan sebagai telur yang menetas. Sebab, memang inilah tujuan awal telur HE itu ada.

Telur HE adalah telur yang memang diproduksi agar bisa menetas dan menghasilkan ayam pedaging.

Jadi telur HE sendiri sebenarnya terdiri dari telur fertil dan infertil. Telur fertil nantinya akan jadi ayam pedaging, sedangkan telur infertil adalah telur yang gagal dibuahi untuk bisa menetas.

Secara umum, telur HE, baik yang fertil maupun infertil sebenarnya tidak memiliki kandungan gizi yang berbeda dari telur ayam yang biasa dikonsumsi.

Hanya saja, telur HE lebih mudah busuk karena setelah keluar dari tubuh ayam, telur tersebut langsung melalui berbagai proses produksi peternakan.

Telur HE hanya bisa bertahan selama sekitar tujuh hari di suhu ruangan. Sementara di Indonesia sendiri, proses distribusi telur bisa memakan waktu berhari-hari sebelum telur tersebut sampai ke tangan konsumen. Karena alasan itulah telur HE sudah dilarang diperjualbelikan.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com