Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2020, 11:40 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

"Tapi, kebanyakan akan ngetok di emosional. Jadi, unsur latah menjadi lebih dominan di situ,: sebut dia.

Lebih jauh, kaitan dengan stres tersebut adalah metode pelepasan yang bisa disalurkan dengan cara membeli. "Kan ada istilah stress buying, stress eating," ungkap Ratih.

"Jadi kalau ditanya apakah pasti kontrol dirinya lemah? Selalu enggak? Belum tentu. Tapi, bisa saja pada saat ini dia lemah, atau stimulusnya memang di tempat yang dia lemah," cetusnya.

"Jadi kalau digeneralisasi dia adalah orang lemah, enggak adil juga," tegasnya.

"Misalnya, ada orang yang kalau lihat tas, sepatu, susah banget menahan diri, padahal enggak perlu. 'Tapi, perlu untuk kesejahteraan psikologis gue', gitu."

Lalu, apakah hal ini mengganggu aspek kesehatan kejiwaan seseorang?

"Kejiiwaan dia terganggu enggak? 'Oh, she/he's very very happy and healthy', tapi dia suka banget aja belanja."

"Oh jadi sehat dong? Pada saat itu tidak mengganggu ranah hidup dia yang lain, enggak apa-apa."

Baca juga: Enggak Tega Beli Brompton? Coba Lirik Sepeda-sepeda Ini...

"Tapi, pada saat mengganggu, misalnya dia sampai terlibat utang, sampai bohong, nyolong, nah kita akan bilang itu sebagai gangguan," tegas Ratih.

Kendati demikian, Ratih pun menggarisbawahi tentang apakah konsumen semacam itu terganggu secara psikologis.

Menurut Ratih, seseorang akan dicap mengalami gangguan psikologis kalau dia tidak lagi memiliki kendali atas dorongannya.

"Misalnya, kita beli kuaci impulsif banget, terus udahnya mikir, 'Ngapain ya beli kuaci?' Waduh gue beli gambar kuaci Mickey Mouse seneng banget', jadi seperti hypnotized gitu."

"Pada saat itu, kita enggak punya kendali atas diri. Itu gangguan. Kalau cuma sekali itu, ya sudah dimaafkan."

"Tapi, begitu beli kuaci itu terus-menerus tanpa alasan dan tidak bisa mengontrol keinginan beli, itu berarti ada gangguan psikologis." tegas Ratih.

Jika hal itu yang terjadi, bagian itu yang perlu ditelaah, apa yang terjadi pada diri seseorang.

"Tapi, melakukan impulsive buying satu kali, itu understandable. Begitu menjadi pola, ada gangguan di situ."

"Ada sesuatu yang keliru di situ, apalagi kalau pola itu mengganggu ranah kehidupan yang lain, berarti jelas-jelas terganggu," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com