"Meskipun ini sepenuhnya alami di fase romansa atau nafsu dalam hubungan, itu bisa menjadi bumerang ketika berlangsung begitu dalam sehingga seseorang merasa kehilangan identitas diri mereka," ujar Tudose.
Menurut Tudose, hal itu memicu rasa takut atau terjebak dan kehilangan diri, dan mengarah ke fase kedua hubungan, yaitu perebutan kekuasaan.
"Setelah fase romansa selesai, kita tanpa sadar pergi ke arah lain mencoba mendefinisikan kembali identitas kita dan mencari tahu bagaimana hubungan telah mengubah kita," tuturnya.
Baca juga: Buat Jarak dengan Pasangan Selama Masa Karantina demi Cegah Konflik
Kita pun mulai memperhatikan aspek pasangan yang tidak sempurna seperti yang kita pikir sebelumnya, tambah Tudose. Kita sadar segala sesuatu mungkin tidak seperti apa yang terlihat.
"Tergantung pada pilihan yang kita buat, seberapa besar komitmen kita, bagaimana kita terbiasa menerima sedikit dari keinginan kita, dan tidak menetapkan batasan jelas, kita terjebak dalam situasi yang kita anggap tidak ada harapan."
Akibatnya, kita seolah harus menanggung situasi, bahkan jika harus menderita dalam diam.
Mulai membenci
Terkadang, perasaan tidak berdaya menjadi begitu dalam, membuat orang yang bertahan lama dalam situasi tersebut semakin membenci pasangan mereka.
Tudose menjelaskan, orang yang terjebak dalam hubungan gagal menyadari bahwa tidak membuat pilihan juga merupakan pilihan, dan satu-satunya jalan keluar adalah mengambil tindakan.
"Semua hubungan berkembang secara berbeda dan memiliki berbagai jenis tekanan," kata Tudose.
Baca juga: Pasangan Selingkuh Berulang Kali, Maafkan atau Tinggalkan?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.