Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/06/2020, 16:53 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Brompton memang tak pernah dikenal sebagai sepeda murah. Keistimewaannya sebagai sepeda lipat buatan tangan asal London, Inggris, menempatkan sepeda tersebut di kasta tersendiri.

Perusahaan yang didirikan oleh Andrew Ritchie dengan kreasi sepeda lipat pertamanya di sekitar tahun 1979 ini, tak pernah secara resmi masuk ke Indonesia.

Dampaknya, dalam keadaan normal pun, sepeda ini menjadi lebih sulit didapat dibandingkan sepeda lainnya.

Baca juga: Cerita Brompton Mahal Dikira Sepeda Kreuz Bandung, duh...

Harganya pun tentu saja menjadi lebih tinggi, karena harus menghitung beban biaya pengiriman, pajak, dan juga laba bagi si penjualnya.

Namun, apa yang terjadi belakangan ini di Indonesia sudah terhitung luar biasa.

Reza Teha, penikmat Brompton asal Yogyakarta, yang juga melakukan bisnis jual beli Brompton mengungkapkan pendapatnya kepada Kompas.com.

"Biasanya, harga basic color di Jakarta Rp 32-35 juta, sedangkan yang special color Rp 35 juta-Rp 37 juta."

"Tapi, sekarang harga warna basic mencapai Rp 40 juta-50 juta, yang special color Rp 60 juta," kata Reza dalam perbincangan dengan Kompas.com, Senin (22/6/2020).

Menurut dia, fenomena yang terjadi saat ini cuma karena keterlambatan pengiriman, sehingga barang susah didapat.

Baca juga: Beli Brompton Harga Rp 200 Juta, Gangguan Jiwa?

"Ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Tapi negara lainnya seperti Singapura, Malaysia, bahkan Jepang sekalipun lagi kosong."

"Karena barangnya kosong, sedangkan permintaan membludak, jadi harganya melambung," kata Co-Founder komunitas Brompunk ini.

Harga "gila-gilaan"

Sepeda BSHUTTERSTOCK Sepeda B
Kendati demikian, tentang lonjakan harga "gila-gilaan" yang saat ini terjadi, Reza menyebut, pedagangnya biasanya bukan pedagang asli yang biasa menjual Brompton.

"Mereka pedagang Brompton yang memanfaatkan momen. Biasanya, mereka punya banyak duit, borong barang di luar negeri, terus masuk ke Indonesia," sebut dia.

"(Calon) pembeli Brompton tidak sabar, mereka ingin ikut touring tapi Brompton-nya enggak ada. Jadi akhirnya beli dengan harga berapa pun," kata Reza.

Menurut Reza, para penjual itulah yang memanfaatkan kondisi kekosongan barang, dan menjual dengan harga selangit.

Baca juga: Enggak Tega Beli Brompton? Coba Lirik Sepeda-sepeda Ini...

Hal ini pernah terjadi di pertengahan tahun 2019 lalu. Saat ini, pasokan Brompton kosong dan peminatnya banyak.

"Tapi, setelah ada pasokan, sekitar satu bulanan, harga kembali normal," sebutnya.

Namun, kondisi krisis akibat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, menjadikan kondisi sulit diprediksi.

"Kondisi pandemi sekarang, pengiriman barang tidak senormal biasanya. Terutama barang dari Inggris," ucap Reza.

"Tahun lalu, dalam sebulan, bisa dua kali pengiriman barang. Tapi sekarang pengiriman terlambat. Saya terakhir dapat barang bulan Maret-April," kata dia.

"Sekarang pun gak ada barang yang bisa saya jual," sambungnya.

Reza mengaku bisa saja mengikuti tren untuk menjual dengan harga mahal saat memiliki barang, tapi dia tak sampai hati.

Baca juga: Kreuz, Sepeda Brompton Made in Bandung yang Laris Manis

"Kalau pedagang asli seperti saya enggak tega, kasihan orang yang pengen," sebut dia.

"Kalau pedagang asli, kami biasanya menaikkan harga 10-15 persen, enggak mungkin kami jual dua kali lipat," sambung Reza.

"Kan kasihan beli Brompton mahal banget, terus 1-2 bulan harganya normal lagi." 

Reza mengaku pernah menjual Brompton dengan harga paling mahal Rp 45 juta. "Itu pun karena sepedanya udah saya upgrade," sebut dia.

Relasi

Brompton Black Edition M6R 2017DOKUMENTASI OLAN HUTAPEA Brompton Black Edition M6R 2017
Reza mengaku masuk ke bisnis Brompton bukan semata-mata ingin berjualan sepeda, tapi ingin membangun relasi.

"Karena yang beli Brompton berasal dari kelas menengah ke atas dan berbagai kalangan. Jadi lewat Brompton saya banyak relasi, ilmu dari berbagai customer, dan lain-lain," kata dia.

Reza mengaku awalnya Brompton menjadi semacam "goal" bagi dia yang menggemari sepeda lipat.

"Cita-citanya pun punya Brompton, baru bisa dapat tahun 2016," kata dia lagi.

Baca juga: Mengapa Harus Pakai Sepeda Semahal Brompton, Tren atau Kebutuhan?

'Saya juga suka ngutik-ngutik, upgrade barang teman saya. Saya belanja sepedanya, nanti sama teman upgrade sepedanya."

Paling laris

Sepanjang pengalaman dia berdagang Brompton, seri yang paling laris adalah versi standar pada rentang harga Rp 33-35 juta. "Itu harga tahun 2020 ya," kata dia.

Di tahun 2019, harga basic color di kisaran Rp 26-28 juta, ada kenaikan Rp 4 juta-5 juta," sambungnya.

"Sepeda Brompton juga bisa buat investasi, karena harganya terus naik. Apalagi tipe lama dan tidak keluar lagi, rare, harganya bisa naik, terutama yang titanium."

"Seperti yang sage green claret titanium, harganya bisa tinggi sekali, karena warnanya udah lama enggak keluar. Peminatnya biasanya kolektor."

"Sepeda yang ivory titanium juga mahal," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com