Lebih jauh, bagi calon pembeli Brompton, Baron mengajak untuk berpikir jernih.
“Bray, nanti kalo ente punya duit Rp 250 juta, mending jalan-jalan sama gue ke London, beli tiket PP, oleh-oleh, Brompton. Bahkan bisa beli LV buat istri,” tutur dia.
“Pikniknya dapet, sepeda dapet, oleh-oleh dapet. Balik pun masih sisa,” tambahnya.
Mengingat kondisi yang kian menggelisahkan ini, Baron mengimbau para calon pembeli untuk bersabar.
Dia menyebutkan, pandemi Covid-19 memang membuat produksi Brompton di London berkurang dan pengiriman juga mengalami kendala.
“Jadi sabar saja. Kalau sudah normal, Brompton banyak di Indonesia. Jadi harus berpikir jernih,” ucap dia.
Baca juga: Kreuz, Sepeda Brompton Made in Bandung yang Laris Manis
Penikmat sepeda lipat asal Yogyakarta, Debyo, mengatakan, harga Brompton mulai melonjak saat kasus Garuda Indonesia terkuak.
Senada dengan Baron, dia menyebut harga "digoreng" karena ketersediaan barang yang langka. Hal inilah yang otomatis membuat harga naik.
“Tapi, jangan salah, ini sebenernya berlaku untuk part-part sepeda lainnya, entah itu Brompton atau merek lainnya,” ungkap dia.
Bahkan, pada masa pandemi ini, orang yang akan membeli sepeda harus mengantre sebelum toko buka. "Ini menjadi tren baru," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.