2. Kebiasaan merokok dan menghisap vape pada pria lebih muda
Tentu saja, sebagian besar pria yang berusia di atas 65 tahun sudah menghentikan kebiasaan merokok.
Namun, mayoritas pria di antara usia 25 - 44 tahun masih merokok, yang kemudian menyebabkan masalah pada kardiovaskular mereka.
Satu batang rokok sehari sudah dapat meningkatkan risiko pria terkena penyakit arteri koroner hingga hampir 50 persen, demikian menurut sebuah studi di British Medical Journal (BMJ).
Kemudian, orang-orang yang berpikir mereka dapat menghindari risiko itu dengan mencari alternatif seperti menghisap vape justru semakin membahayakan diri mereka.
Pengguna rokok elektrik mendorong risiko penyakit jantung mereka 40 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak menghisap vape, dan risiko stroke meningkat hingga 71 persen.
3. Mengalami stres sejak muda
Sebuah survei yang dilakukan American Psychological Association menemukan, orang berusia 22 - 39 tahun adalah kelompok yang paling stres.
Stres dapat memperburuk peradangan pada arteri koroner, yang menyebabkan pembekuan darah.
Hal itu juga bisa memicu tekanan darah tinggi dan kebiasaan buruk, seperti mencari kenyamanan dengan makanan, minum berlebihan, dan meninggalkan olahraga.
Sebuah penelitian di 52 negara mencatat, orang yang melaporkan stres permanen di tempat kerja atau di rumah memiliki risiko lebih dari dua kali lipat mengalami serangan jantung.
Baca juga: 4 Pemicu Serangan Jantung pada Orang Muda dan Terlihat Sehat
4. Mengabaikan risiko dan gejala serangan jantung
Gejala serangan jantung yang membuat pria berusia 70 tahun cemas tidak disadari oleh pria berusia 30 tahun, bahkan jika gejalanya meliputi mual terus-menerus dan berkeringat, atau perasaan seperti adanya bola besar di dada.
Ada kecenderungan, seseorang yang masih di bawah 40 tahun yakin serangan jantung tidak terjadi padanya.
Bahkan, dokter bisa saja menolak kenyataan bahwa pria di bawah usia 40 tahun dapat terkena serangan jantung.
Menurut Dr. Blankstein, beberapa dokter bisa saja meresepkan statin penurun kolesterol atau terapi aspirin yang mencegah pembekuan pada pria di usia muda.
Jika dokter tidak memperhatikan gejala serangan jantung, justru kita yang harus memperhatikannya.
Apabila faktor risiko dan hasil laboratorium menunjukkan kita berpotensi mengalami masalah pada jantung, pastikan membicarakan kepada dokter terkait perubahan apa yang mungkin kita butuhkan.
Faktor risiko yang harus kita perhatikan antara lain tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, kelebihan berat badan, diabetes, penggunaan narkoba, merokok, jarang melakukan aktivitas fisik, tingkat stres tinggi, konsumsi alkohol berlebih, dan diet tidak sehat.
Karena kita tidak dapat mengendalikan usia, riwayat keluarga, atau kelompok ras, beri perhatian ekstra pada faktor risiko yang bisa kita cegah.
Baca juga: Penyebab-penyebab Serangan Jantung yang Tak Terduga