Untuk penelitian tersebut, tim menggunakan model tikus yang terinfeksi virus yang disebut virus limfositik koriomeningitis (LCMV).
Infeksi kemudian menyebabkan otot memproduksi lebih banyak protein pensinyalan yang disebut interleukin-15 (IL-15).
Kehadiran peningkatan protein kemudian menyebabkan pelepasan limfosit otot-infiltrasi (MIL), yang mengandung tingkat tinggi sel-T faktor 1 (Tcf1).
Para peneliti mengatakan, perubahan ini dapat memberi tubuh kemampuan untuk mempertahankan lebih banyak sel-T untuk melawan atau mencegah infeksi.
“Jika sel-T, yang secara aktif memerangi infeksi, kehilangan fungsionalitas penuhnya melalui stimulasi berkelanjutan, sel-sel prekursor dapat bermigrasi dari otot dan berkembang menjadi sel-T yang fungsional,” Jingxia Wu, penulis studi, mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Ini memungkinkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus terus-menerus dalam jangka waktu yang lama."
Baca juga: Latih Kekuatan Otot Selama #DiRumahAja dengan 5 Gerakan Ini
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan