Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2020, 08:59 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tak hanya khusus bagi penggemarnya, nama Brompton pun pasti dikenal atau setidaknya terdengar nyaring di kuping para penikmat sepeda jenis lainnya.

Pasalnya, kehebohan yang terjadi menyusul fenomena kenaikan harga sepeda lipat handmade produksi London, Inggris, ini hingga menembus harga yang tak wajar menjadi perhatian publik.

Sejumlah pakar ekonomi menilai, kondisi tersebut terjadi karena tingginya angka permintaan yang dibarengi dengan minimnya pasokan, sehingga memengaruhi harga jual.

Baca juga: Harga Brompton Menggila, Hermawan Kartajaya Angkat Bicara

Lalu, ada pula yang berpendapat, kegaduhan dari harga tersebut terjadi karena tren yang memuncak, serta kebutuhan gengsi dari segmen tertentu pada konsumen di Indonesia.

Baca juga: Mengulas Harga Mahal Brompton, antara Fungsi dan Gengsi

Namun, terlepas dari hal tersebut, mereka yang awam tentu akan bertanya-tanya tentang apa yang menjadi kelebihan Brompton yang mahal ini dibandingkan sepeda lain. Begitu bukan?

Untuk varian standar Brompton di pasar Indonesia, saat kondisi normal, kira-kira berada di rentang harga Rp 25 juta-Rp 50 juta per buah, tergantung modelnya.

Namun, sebenarnya di Indonesia terdapat sejumlah sepeda lipat pada rentang harga tersebut, bahkan lebih mahal, yang juga beredar di pasaran.

Lalu, kenapa Brompton yang dihebohkan?

Banyak orang menjawab, atensi publik menjadi lebih besar terhadap merek ini ketika sepeda Brompton tersebut disandingkan dengan motor gede Harley-Davidson, dalam kasus penyelundupan Garuda Indonesia, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Brompton Explore, Sepeda Mahal yang Sandung Dirut Garuda

Lantas, kembali ke pertanyaan awal, apa sebenarnya keistimewaan dari sepeda yang desainnya pertama kali dirancang pada tahun 1979 ini?

Untuk menjawab pertanyaan itu, Kompas.com berbincang dengan Debyo Surya Setiyawan dan Reza Teha dari Yogyakarta.

Keduanya adalah penikmat sepeda Brompton, yang juga pendiri komunitas Brompunk, sebuah gerakan sosial untuk melestarikan aktivitas bersepeda.

“Saya menabung selama tiga tahun untuk membeli Brompton,” ujar Debyo mengawali perbincangannya.

Baca juga: Beli Brompton Rp 250 Juta? Mikir, Mending Jalan-jalan ke London...

Kini, Debyo memiliki dua sepeda Brompton, masing-masing berjenis M6R dan varian khusus NineStreet M6L.

Huruf M pada kode tersebut mengacu pada jenis handlebar (setang) sepeda. Pilihan lainnya ada tipe S, P, dan H.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com