Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olahraga Ringan Pun Bisa Kurangi Risiko Sleep Apnea, Benarkah?

Kompas.com - 24/06/2020, 12:20 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak ada yang mampu membantah jika dikatakan olahraga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

Namun, mungkin belum banyak yang tahu jika peningkatan aktivitas fisik ternyata dapat menurunkan risiko sleep apnea obstruktif.

Sleep apnea obstruktif adalah gangguan pernapasan yang berhubungan dengan tidur.

Hal itu terungkap dalam sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan secara online di dalam Journal of Clinical Sleep Medicine.

Baca juga: Kaitan Antara Ukuran Lidah Gemuk dan Sleep Apnea

Hingga saat ini, penelitian tersebut merupakan penelitian terbesar yang difokuskan untuk mencari hubungan antara sleep apnea dan tingkat aktivitas fisik pada masyarakat umum.

Para peneliti meninjau data gaya hidup, medis, sosio-demografi, dan kesehatan tidur yang dikumpulkan dari sekitar 155.000 partisipan dalam Ontario Health Study.

Berdasarkan aktivitas fisik peserta yang memiliki atau tidak memiliki sleep apnea, terungkap, peningkatan aktivitas fisik sederhana pun berkaitan dengan pengurangan pengembangan risiko sleep apnea hingga 10 persen.

Penulis senior dalam penelitian ini, yang juga profesor epidemiologi genetik di University of Adelaide, Lyle Palmer, memberikan penjelasannya.

Baca juga: Sering Ngorok dan Mengantuk Saat Siang? Waspadai Sleep Apnea

Dia mengatakan, hasil penelitian tersebut menyoroti pentingnya aktivitas fisik sebagai tindakan pencegahan terhadap pengembangan sleep apnea.

"Satu penemuan mengejutkan adalah bahwa tidak hanya aktivitas fisik yang kuat, tetapi sekadar berjalan kaki saja ternyata berkaitan dengan penurunan risiko sleep apnea," ungkap dia seperti dilansir Eurekalert.org.

Intensitas olahraga ternyata juga memberikan dampak lebih.

Ditemukan, menambah 20 menit durasi jalan kaki setiap hari, dan meningkatkan olahraga berat hingga delapan menit, cukup untuk menurunkan risiko tersebut menjadi lebih rendah.

Temuan ini tidak tergantung pada faktor risiko sleep apnea lainnya, seperti jenis kelamin, usia, etnis, dan obesitas.

Selama ini, sleep apnea masih kerap disepelekan. Padahal, sleep apnea yang tidak diobati berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, dan kondisi serius lainnya.

Baca juga: Gejala Sleep Apnea yang Sering Diabaikan

Bahkan, menurut Palmer, angka anak-anak dan orang dewasa yang mengalami sleep apnea kini terus meningkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com