Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/06/2020, 16:39 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tren bersepeda di kota-kota besar Indonesia diiringi dengan kabar tidak mengenakkan. Sejumlah orang meninggal saat atau setelah bersepeda.

Seperti yang dialami Didik Hari Prasetyo (53). Lelaki itu meninggal karena serangan jantung saat bersepeda di Jalan Raya Cimatis Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampura, Bekasi, Minggu (21/6/2020).

Di hari yang sama, seorang pensiunan guru warga Tasikmalaya, Lili Sumarli (64), ditemukan meninggal tergeletak dekat sepedanya.

Baca juga: Serangan Jantung Makin Banyak Menyerang Pria di Bawah Usia 40, Kenapa?

Lili diduga kelelahan berolahraga hingga akhirnya meninggal. Selain dua kasus tersebut, ada beberapa kasus serupa lainnya.

Dokter spesialis jantung RS Siloam Karawaci, Vito Anggarino Damay mengatakan, tidak ada yang salah dengan bersepeda.

Malah jenis olahraga ini dianjurkan untuk orang berusia di atas 40 tahun, karena baik untuk sendi.

“Namun yang jadi lupa, ada orang yang tidak biasa bersepeda, mau ngikutin kecepatan yang biasa pake sepeda. Ini tidak dianjurkan.”

Begitu dikatakan Vito saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).

Sama halnya dengan orang yang biasa bersepeda. Mereka percaya diri karena selama ini tidak pernah terjadi peristiwa apa pun.

Mereka dengan semangat terus bersepeda tanpa pernah melakukan medical check up. Padahal, tidak pernah bisa diketahui kondisi tubuh tanpa medical check up.

Baca juga: Kenali Gejala Awal Serangan Jantung Saat Bersepeda

"Sulit menilai kondisi seseorang secara obyektif tanpa hasil medical check up,” tutur dia.

Ngos-ngosan

Namun, ada tanda yang bisa dijadikan alarm saat melakukan olahraga, yakni jangan sepelekan gejala ngos-ngosan.

“Biasanya ada ucapan begini, dulu saya bisa tapi kok sekarang enggak. Atau ucapan, saya sekarang mudah ngos-ngosan,” kata dia.

Tanda-tanda ini bagi sebagian orang dianggap sepele. Seperti, karena alasan baru olahraga kembali. Padahal, bisa jadi itu tanda tubuh mengalami sesuatu.

Untuk menghindari serangan jantung saat berolahraga, tidak ada pilihan lain selain melakukan medical check up.

Vito mengungkapkan, medical check up memang tidak menjamin seseorang terlepas dari risiko serangan jantung. Namun 80 persen bisa mencegah.

Indikasi

Lalu bagaimana indikasi seseorang mengalami serangan jantung?

Baca juga: Penyebab Makin Banyak Orang Muda Alami Serangan Jantung

Vito mengungkapkan, orang yang terkena serangan jantung biasanya sakit dada seperti ditekan benda berat.

Rasa sakit itu bisa menyebar ke tangan sebelah kiri seperti kebas dan keram, sampai menjalar ke punggung. Biasanya disertai dengan keringat dingin.

Namun, ada pula orang yang tidak merasakan gejala tersebut saat mengalami serangan jantung. Sebab, ada orang yang hanya mengalami sesak nafas saja.

Ketika olahraga, bila seseorang merasa pusing tiba-tiba, dada sakit, jantung berdebar cepat, atau tiba-tiba pingsan, bisa jadi orang tersebut sedang mengalami serangan jantung.

“Kalau kita sedang olahraga dan merasakan sakit dada, sesak nafas yang berat, keringat dingin dan ingin pingsan, itu tanda ada sesuatu yang enggak beres,” ungkap dia.

Dalam keadaan seperti itu harus segera mencari pertolongan medis, tidak bisa ditunda-tunda lagi.

"Bila orang tersebut pingsan, rabalah nadinya, kemudian lakukan CPR," kata Vito.

Intensitas sedang

Sementara itu, Ketua Pusat Penelitian Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof A Purba mengatakan, tidak semua olahraga menyehatkan.

Agar olahraga bisa membuat imunitas seseorang baik, olahraga tersebut harus memenuhi kriteria "FITT", yakni frekuensi, intensitas, time, dan tipe.

Baca juga: Waspadai, Sesak Napas Tak Hanya karena Serangan Jantung

Untuk frekuensi, lakukan olahraga 3-5 kali seminggu. Intensitasnya ringan ke sedang atau 65-75 persen dari denyut nadi maksimal (DNM) dikurangi umur (220-umur).

Waktunya antara 20-30 menit. Bila kemampuannya memungkinkan, bisa dilakukan satu jam.

Sementara, untuk jenisnya, Purba merekomendasikan olahraga bersifat aerobik.

“Bersepedalah di tempat datar dengan intensitas ringan hingga sedang. Olahraga yang sehat itu, ringan tapi lama. Seperti bersepeda santai atau jalan kaki selama satu jam,” tutur dia.

Purba menggambarkan rumus sederhana olahraga sehat, yakni, orang tersebut masih dapat berbicara dengan baik bersama teman di sekitarnya saat berolahraga.

"Tidak ngos-ngosan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com