KOMPAS.com - Alergi termasuk dalam kondisi yang bisa mengganggu tumbuh kembang anak. Mengenali dan melakukan upaya pencegahan alergi sejak dini dapat menghindari efek negatif jangka panjang.
Di Indonesia, sekitar 7,5 persen memiliki alergi protein susu sapi. Namun, jenis penyebab alergi dapat bertambah atau berkurang sejalan dengan waktu.
Alergi memang identik dengan gejala gatal-gatal atau kemerahan pada kulit. Padahal, dampak dari alergi lebih dari sekadar gejala yang dialami secara fisik.
"Bagi si kecil, alergi dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi, dan sakit jantung. Selain itu, anak dengan alergi juga dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan jika penanangan kurang optimal," kata Prof.Dr.Budi Setiabudiawan, Sp.A (K), konsultan alergi dan imunologi anak dalam acara Bicara Gizi yang digelar secara virtual oleh Danone SN (25/6).
Budi menjelaskan, gangguan tumbuh kembang pada anak alergi bisa terjadi berkaitan dengan jenis dan durasi pantang makanan tertentu yang dianggap jadi penyebab alergi.
Baca juga: Ini Cara Membedakan Anak Alergi Dingin atau Pilek
"Alergi merupakan reaksi sistem imun yang tidak normal untuk mengenali bahan-bahan yang sebetulnya tidak berbahaya bagi orang lain, bahkan bermanfaat bagi tubuh, misalnya zat gizi yang terkandung dalam makanan," paparnya.
Jika anak menderita beberapa jenis alergi makanan dan harus berpantang, tentu ia akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan dalam masa pertumbuhannya.
Selain itu, ada risiko kerugian lain seperti beban ekonomi yang besar.
"Karena anak sering sakit, jadi orangtua bolak-balik membawa anak ke dokter. Tentu orangtua harus ijin tidak bekerja, kehilangan pendapatan, bahkan pengeluaran biaya dokter," katanya.
Riwayat dalam keluarga
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.