Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Pembuat Sepeda Kreuz, Banjir Order Sampai "Takut" Pegang HP

Kompas.com - 27/06/2020, 13:03 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemberitaan pertama tentang munculnya Kreuz -sepeda buatan tangan dari Bandung di Kompas.com pada pekan lalu, seketika mendongkrak atensi publik.

Ketika pertama kali dikunjungi pada 17 Juni 2020, kedua pendiri Kreuz, Jujun Junaedi dan Yudi Yudiantara mengaku daftar inden Kreuz sudah menjalar hingga bulan Februari 2022.

Ya, antrean pembeli sudah sampai 2022.

Hal itu terjadi karena memang kapasitas produksi Kreuz -yang secara fisik membuat replika dari sepeda asal London, Inggris, Brompton, terbatas hanya 10 frame set per bulan.

Baca juga: Kebanjiran Pesanan, Sepeda Kreuz Bandung Setop Order

Namun, kurang dari 10 hari sejak pemberitaan di Kompas.com -tepatnya hari ini Sabtu (27/6/2020), daftar inden Kreuz sudah kian memanjang hingga 2022.

Tak hanya para penikmat sepeda yang mencoba menghubungi atau datang ke workshop Kreuz, tapi media-media mainstream lain pun lalu ikut memberitakan kehadiran Kreuz.

Ya, selama ini kehadiran Kreuz hanya dikenal di kalangan komunitas pecinta sepeda melalui platform media sosial, dan bukan media arus utama.

Kondisi itu yang lalu membuat publikasi Kreuz kian menyebar hanya dalam hitungan hari, apalagi di tengah memuncaknya tren bersepeda yang terjadi di Indonesia saat ini.

Fakta itu diungkapkan Jujun Junaedi saat berbincang dengan Kompas.com, pagi ini.

Membludaknya pesanan sepeda, berimbas pada penjualan tas Kreuz. Bahkan, ada beberapa UMKM yang menawarkan diri untuk bekerjasama guna membuat souvenir Kreuz.

Baca juga: Cerita Brompton Mahal Dikira Sepeda Kreuz Bandung, duh...

Pusing dan enggan pegang HP

Yudi Yudiantara mengaku bahagia dengan apresiasi masyarakat terhadap produknya. Namun, hal itu tak mengurangi rasa pusing yang seketika mendera karena melimpahnya pesanan.

Pernah suatu hari, teleponnya tak berhenti berbunyi. Begitu pun dengan chat di WhatsApp-nya, mencapai 300 nomor.

Melihat kondisi itu, Yudi mengaku sempat sampai enggan menyentuh handphone-nya. Namun dia tak memiliki banyak pilihan, dan harus tetap menjawab pesan-pesan tersebut.

Akhirnya, ia menjawab satu per satu chat yang didominasi pesanan sepeda itu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com