Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Terlalu Banyak Lemak di Hati Bisa Berujung Kanker

Kompas.com - 27/06/2020, 20:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita sering menyepelekan pentingnya menjaga pola hidup sehat.

Jika berhadapan dengan menu-menu makanan enak, banyak dari kita yang tidak bisa menahan diri, dan tidak memikirkan komplikasi jangka panjang yang terjadi jika kita tidak mengatur pola makan.

Salah satu penyakit yang mengintai adalah perlemakan hati (fatty liver).

Perlemakan hati yang bisa dialami oleh banyak orang akibat tidak mengontrol pola makan adalah Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) atau perlemakan hati non-alkoholik.

Baca juga: Jaga Kesehatan Liver dengan Konsumsi Makanan Ini

Spesialis Penyakit Dalam, Dr. dr. Irsan Hasan, SpPD-KGEH, FINASIM menjelaskan, perlemakan hati bisa terjadi karena akumulasi lemak yang terdapat pada organ hati.

Jika warna hati yang sehat adalah merah, maka hati yang dikelilingi lemak berubah warna menjadi pucat mengkilap seperti lemak.

"Jadi banyak lemak yang menumpuk. Kalau sel lemak di hati lebih dari lima persen, maka dikatakan orang tersebut mengalami perlemakan hati."

Hal itu diungkapkannya dalam webinar bertajuk "Menjaga Kesehatan Hati di Era New Normal" bersama Kalbe, Jumat (26/6/2020) kemarin.

Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) itu menambahkan, tahap perlemakan hati yang lebih lanjut adalah Nonalcoholic steatohepatitis (Nash).

Sementara tahap lebih lanjut berikutnya adalah sirosis.

Jika sirosis tidak segera ditangani, maka dapat menyebabkan seseorang mengalami kanker hati.

Baca juga: Kaki Sering Kram? Hati-hati Tanda Penyakit Liver

Kasus perlemakan hati lebih banyak daripada penyakit hati lainnya, yakni Hepatitis B dan C. Prevalensinya bervariasi antara 15-45 persen, dan diprediksi terus meningkat.

Mengapa kasus perlemakan hati diprediksi semakin meningkat?

Alasannya, penyakit yang masuk ke dalam kategori penyakit metabolik ini merupakan penyakit gaya hidup.

Pola makan masyarakat yang tidak sehat, dengan tinggi karbohidrat, tinggi kalori, tinggi lemak jenuh, tinggi fruktosa dan sukrosa, minim sayur dan buah, dan lain sebagainya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com