Di sisi lain, asupan kalori yang semakin tinggi tidak dibarengi dengan aktivitas fisik yang semakin tinggi pula.
Baca juga: Konsumsi Suplemen Teh Hijau Bisa Merusak Liver
"Semakin kurang bergerak. Naik satu lantai pakai lift, pindah tempat pakai mobil, malas jalan kaki."
"Pekerjaan di kantor membuat kita lebih banyak duduk daripada jalan sehingga obesitas semakin banyak. Selain itu juga faktor genetik," tutur dia.
Perlemakan hati umumnya terjadi pada usia 40-50 tahunan, namun tidak menutup kemungkinan dialami oleh orang-orang dengan usia lebih muda.
Pentingnya pola hidup sehat
Sayangnya, perlemakan hati umumnya tidak menunjukkan gejala. Pasien harus melakukan pemeriksaan USG hati dan pengecekan SGOT-SGPT.
Irsan menambahkan, tidak jarang ia didatangi pasien yang tidak memiliki keluhan apa pun namun datang memeriksakan diri karena ada gambaran perlemakan hati pada hasil medical check up.
"Setelah terlihat dari USG, kita lihat enzim hati SGOT-SGPT. Semakin tinggi angkanya, berarti semakin jelek kondisi perlemakan hatinya," ungkap Irsan.
Baca juga: Remaja Pria dengan Obesitas Lebih Berisiko Kanker Liver
Ada pun terapi yang paling dianjurkan untuk pengobatan perlemakan hati adalah memperbaiki gaya hidup, terutama mengatur pola makan.
Lalu, tak kalah penting meningkatkan aktivitas fisik atau olahraga untuk menurunkan berat badan.
"Karena menurunkan berat badan terbukti bisa memperbaiki perlemakan hati," ucap dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.