Peneliti juga mencatat serangkaian pengalaman hidup dan meminta para peserta untuk mencocokannya, termasuk apakah "Pasangan terlibat dalam perselingkuhan perkawinan."
Temuan penelitian
Tentu saja banyak hal yang berkontribusi terhadap perselingkuhan dalam suatu hubungan, tidak hanya berkaitan dengan kepribadian.
Peneliti juga memperhitungkan faktor-faktor seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, ras/etnis, dan agama.
Peneliti secara statistik menemukan, dari semua sampel, mereka yang memiliki kepribadian kurang "conscientious" (kurang berhati-hati), yakni lebih ceroboh, kurang kerja keras dan kurang terorganisir, cenderung lebih mungkin menjadi korban perselingkuhan pasangannya.
Ketika peneliti melakukan analisis serupa pada sub-sampel individu yang sudah menikah, peneliti menemukan pola yang sama.
Namun, peneliti menemukan pula bahwa orang-orang dengan karakter "agreeable" alias mudah setuju, yakni lebih hangat dan sering membantu, juga cenderung memiliki pasangan yang berselingkuh.
Baca juga: Pria Tidak Kapok Selingkuh Karena Selalu Dimaafkan?
Namun, hasil penelitian ini bukanlah justifikasi untuk menyalahkan korban perselingkuhan.
Orang yang berselingkuh adalah seseorang yang melanggar kepercayaan dalam berhubungan dan itu salah.
Namun, perlu dipahami bahwa pelaku perselingkuhan merasa pelanggaran mereka akan lebih mudah diampuni ketika pasangan mereka memiliki karakter seperti di atas.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.