Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beli Brompton Rp 40 Juta, Ngaku ke Istri Rp 14 Juta, Gimana Ini?

Kompas.com - 29/06/2020, 13:18 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kegemaran dan hobi terkadang membuat banyak orang harus mengeluarkan banyak biaya demi memenuhi hasrat yang muncul.

Nah, dalam hubungan suami-istri, beban tersebut menjadi lebih rumit, bukan semata karena urusan uang, tapi kadang ada perasaan "enggak enak" di benak untuk mengaku berapa besar dana yang dikeluarkan.

Pengalaman serupa pernah dialami Andri, seorang karyawan perusahaan swasta di Jakarta, yang gemar bersepeda Brompton.

Andri bercerita, sekitar dua tahun lalu dia mendapat kesempatan belajar di Amerika Serikat dari kantornya. "Enggak lama, cuma sembilan bulan," kata dia.

Baca juga: Ketika Suami Lebih Cinta Hobi ketimbang Istri...

Nah, di masa itu dia berkenalan dengan kawan satu kamarnya yang kemudian menjual sepeda Brompton-nya seharga 1.000 dollar AS, atau kira-kira Rp 14 juta.

"Sepeda itu sempat gue pake di sana," kata Andri tentang sepeda hitam yang sekarang menemaninya di Jakarta.

Saat sudah kembali ke Jakarta, hobi itu berlanjut. "Gue naksir banget sama yang raw lacquer," sebut Andri.

Baca juga: Kisah Rebecca, Perempuan Pertama Pematri Brompton "Raw Lacquer" 

Raw lacquer adalah salah satu varian warna premium dari pabrik sepeda handmade asal London, Inggris tersebut.

Harga jual sepeda yang sekilas terlihat berwarna unik seperti material mentah itu dijual lebih mahal dari varian klasik lainnya.

Sebelum harga Brompton melambung seperti sekarang ini, di pasar Indonesia, Brompton raw lacquer " 6 speed", bisa dibeli di kisaran harga Rp 38-40an juta.

Tapi, jangan ditanya harganya sekarang, ya...

Baca juga: Pahami, Mengapa Harga Sepeda Brompton Mahal...

Saking kepincut dengan warnanya yang istimewa tadi, Andri pun membeli sepeda idamannya itu. 

"Kebetulan pas stoknya ada waktu itu, gue beli aja. Terus gue bilang ke bini, kebetulan dapet harganya sama kayak waktu itu, padahal enggak," cerita Andri.

Istri pun sama saja

Kisah seperti Andri ini bukan hal langka dalam kehidupan suami istri, terutama di kota-kota besar.

Tari misalnya. Karyawan swasta yang tinggal di Depok ini kerap terpaksa merahasiakan berapa harga yang dia bayar untuk produk perawatan kulit yang wajah.

"Ya sebenernya sih belinya pake uang sendiri, tapi enggak enak aja sama suami kan," kata Tari.

"Suami kan kalo tahu harga suka bilang, apa gak lebih baik uangnya ditabung? Kan, enggak enak ya dengernya," sebut ibu satu anak ini.

Akhirnya, Tari memilih untuk diam saat harus berbelanja barang kebutuhannya.

"Tapi kalo beberapa merek sih dia udah tahu harganya, jadi gak bisa bohong lagi. Cuma ada beberapa yang dia gak tahu, dan aku gak bilang jadinya," kata Tari sambil tertawa.

Apa kata psikolog?

Psikolog Keluarga dari Rumah Dandelion, Nadya PramesraniNadya Pramesrani Psikolog Keluarga dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani
Nadya Pramesrani, Psikolog Keluarga dan Pernikahan dari Rumah Dandelion menyebut hobi dan kegemaran pada dasarnya adalah kebutuhan yang berguna untuk mewarnai hidup.

"Kalau berdasarkan kasus-kasus yang sering kutemui, seringkali yang menjadi pemicu terkait biaya," ungkap Nadya. 

"Karena -kita sama-sama tahu laki-laki, nggak usah dewasa, tapi dari mainan anak saja mainan laki-laki lebih banyak yang mahal daripada perempuan."

"Kalau ngomongin sepatu dan baju, walaupun perempuan ada yang mahal, secara keseluruhan entah kenapa barang laki-laki selalu lebih mahal. Mengenai biayanya juga macam-macam," papar Nadya.

Baca juga: Harga Mahal, Apa Kelebihan Brompton Dibanding Sepeda Lain?

Lebih jauh, pada porsi lanjutan, yang terimbas dalam hubungan suami-istri terkait hal ini adalah soal kejujuran.

"Seringkali enggak jujur untuk hobinya habis berapa. Tapi menurutku, kadang suami enggak mau jujur karena istrinya bawel," sebut Nadya.

Selain itu, ada pula kondisi di mana saat suami berkata jujur, istri malah marah-marah.

"Jadi enggak tahu mana yang duluan. Tapi ketika tidak jujur, istri mungkin merasa dibohongi," sebut dia .

Berkaca dari kondisi tersebut, Nadya menggarisbawahi mengenai pentingnya komunikasi.

"Aku selalu bilang, kalau uangnya ada, kebutuhan keluarga terpenuhi, tidak sampai berutang demi hobi dan lifestyle, lalu ada sisa uang untuk hobi, itu nggak masalah," kata dia. 

"Aku sering tanya pada pihak istri kenapa dipermasalahkan? Kalau semua kebutuhan udah (beres) kan sah saja," ujar Nadya.

"Sering juga aku menemukan, kalau dari sudut pandang suami -ketika istrinya enggak ada, dan ditanya kenapa tidak mau jujur? Jawabnya, 'Habis nanti dimarahin'," kutip Nadya.

Baca juga: Mengulas Harga Mahal Brompton, antara Fungsi dan Gengsi

"Soalnya jumlahnya gede," sambung dia.

"Lalu aku tanya, 'menurut bapak itu gede nggak'," sebutnya.

Biasanya, para suami mengakui uang yang dikeluarkan memang terbilang besar. Makanya mereka enggan berkata jujur kepada istri.

Menurut Nadya, kadang ada suami suami yang tidak mau berkata jujur itu sebenarnya sudah tahu apa yang dilakukannya "tidak baik".

"Tapi, dilakukan karena pingin saja. Nah, jadi ini kan dari kedua belah pihak mesti sama-sama ada kontrol diri," sebutnya.

Sebab, menurut Nadya, para suami umumnya mengerti pengeluaran sebesar itu tidak bijaksana.

"Jadi akan lebih baik dibicarakan sama istri atau dievaluasi keinginannya bijak nggak sih mengeluarkan uang segitu," kata Nadya lagi.

Nadya sangat menyarankan dibangunnya komunikasi antara kedua pihak, baik suami dan istri.

Dan, tetap perlu dipahami bahwa hobi dan kegemaran adalah kebutuhan individu.

"Pahami bahwa itu sebuah kebutuhan yang menusiawi, kemudian buat kesepakatannya, yang balance untuk kita seperti apa ya," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com