Namun, stres terus-menerus atau long term stress, yang diprediksi dapat berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, dapat memicu runtuhnya mekanisme adaptasi yang berakibat munculnya masalah kesehatanbaik fisik maupun mental.
Baca juga: Sering Sakit Perut? Bisa Jadi Kamu Stres
Penulis melakukan survei daring singkat tentang gangguan tidur terhadap 613 mahasiswa kedokteran di Jakarta, terdiri dari 63 laki-laki dan 450 perempuan.
Selama pandemi Covid-19, terjadi peningkatan gangguan tidur pada laki-laki sebesar 50 persen dan pada perempuan sebesar 26,4 persen.
Survei daring selama pandemi Covid-19 dan PSBB di atas tampak jelas dapat memicu terjadinya outbreak gangguan tidur, di mana dalam praktik sehari-hari juga ditemukan peningkatan pasien cemas dan gangguan tidur.
Kesulitan tidur merupakan satu tanda kegagalan mekanisme adaptasi terhadap stres, apalagi bila stres tersebut terus-menerus dan berkepanjangan seperti saat ini.
Baca juga: Mengapa Jadi Susah Tidur Selama Karantina di Rumah?
Tidur berfungsi merestorasi sistem tubuh setelah seharian beraktivitas, sehingga sangat penting dalam menjaga kebungaran tubuh.
Tidur yang baik sekitar 7-9 jam (sama untuk usia muda dan tua) dengan kualitas tidur yang baik dan saat terbangun tubuh terasa segar.
Kesulitan tidur yang terus-menerus akan menyebabkan masalah kesehatan, juga terjadinya penurunan daya tahan tubuh.
Penyebab susah tidur
Penyebab kesulitan tidur merupakan tanda awal kegagalan mekanisme adaptasi terhadap perubahan pola hidup yang mendadak dan dapat diperparah karena mata banyak terpapar sinar gadget.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.