KOMPAS.com - Tidak semua nyeri dada sama, tetapi semua nyeri dada tidak boleh diabaikan - terutama jika itu persisten, berulang atau bahkan parah.
Nyeri dada yang tiba-tiba muncul membutuhkan evaluasi oleh dokter. Jika rasa sakitnya parah, itu berarti kamu harus segera mencari perawatan medis.
Begitupun jika nyeri dada tidak parah, perawatan darurat diperlukan jika rasa sakit terus-menerus atau dada terasa nyeri seperti diremas.
Bahkan, menurut Harvard Medical School, rasa sakit terus-menerus atau tekanan di dada bisa menjadi gejala darurat Covid-19.
Baca juga: Kenali 7 Penyebab Nyeri Dada yang Bukan Serangan Jantung
Sehingga, penting untuk mencari bantuan medis segera jika kamu mengalami ketidaknyamanan di bagian dada selama pandemi ini. Lebih baik mengetahui penyebabnya, daripada tetap dalam kegelapan.
"Infeksi Covid-19 atau infeksi dada lainnya, seperti radang paru-paru, kadang-kadang dapat meniru serangan jantung dalam hal nyeri dada dan masalah pernapasan," kata ahli jantung di Singapura, Dr. Peter Ting.
"Secara statistik, orang muda lebih rendah kemungkinannya mengembangkan penyakit jantung koroner dibandingkan dengan orang yang berusia lebih tua, karena itu adalah penyakit degeneratif."
"Namun, kita melihat lebih banyak usia 20-an sampai 30-an mengalami serangan jantung karena peningkatan faktor risiko seperti merokok, stres, tidak cukup tidur, dan olahraga terlalu berlebihan," imbuhnya.
Penyakit lain yang kurang mengancam jiwa tetapi sama-sama mengkhawatirkan, dapat termasuk radang kerongkongan, tulang rusuk, kantung empedu, dan epigastrium (perut bagian atas).
Baca juga: Tak Cuma Nyeri Dada, Ini Ciri-ciri Lain Tanda Jantung Bermasalah