Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Topi Sepeda, dari Pelindung Menjadi Identitas

Kompas.com - 01/07/2020, 14:04 WIB
Wisnubrata

Editor

KOMPAS.com - Topi sepeda, atau ‘casquette’ dalam bahasa Prancis, adalah salah satu benda ikonik di dunia bersepeda. Topi sederhana berbahan kain ini menghiasi kepala banyak pesepeda terkenal, dan memiliki sejarah yang dimulai lebih dari satu abad lalu.

Kini topi sepeda lebih dipandang sebagai simbol atau gaya, walau terlihat konyol bagi bukan pesepeda. Meski begitu, topi tersebut menjadi tanda yang membuatmu mendapat anggukan atau sapaan dari sesama pesepeda.

Topi sepeda adalah bagian dari budaya, seperti halnya celana ketat dan warna kulit yang belang di paha dan lengan para pesepeda. Ia tidak lepas dari sejarah sepeda, dan seperti tren yang berulang, topi sepeda kembali muncul dalam beberapa tahun terakhir.

Berikut adalah sejarah singkat dari topi sepeda, sehingga saat kamu memakainya, ada rasa bangga bahwa yang kamu kenakan bukan sekedar topi, namun identitas yang memiliki sejarah.

Awal kemunculan topi sepeda

Balapan bersepeda yang pertama kali didokumentasikan terjadi pada akhir 1800-an, di mana para pesepeda menghadapi debu, keringat, dan benda-benda lain.

Setelah itu muncul pemikiran agar para pesepeda mengenakan penutup kepala, dan dipilihlah topi jenis flat cap karena lebih cocok dan tidak mengganggu dibanding topi lain.

Suasana garis start balapan sepeda Paris Roubaix tahun 1899, di mana pesepeda masih memakai flat cap Suasana garis start balapan sepeda Paris Roubaix tahun 1899, di mana pesepeda masih memakai flat cap
Topi flat cap sebenarnya sudah benar dan sesuai, tetapi bahan tweed yang dipakai bukanlah bahan yang ideal untuk keperluan olahraga.

Maka dibuatlah topi bersepeda putih polos, yang seringnya berubah menjadi cokelat dan abu-abu karena terkena debu dan kotoran selama bertahun-tahun.

Topi ini murni fungsional, dengan maksud untuk melindungi mata dari sinar matahari, menyerap keringat agar tidak menetes ke muka, dan melindungi kepala dari panas dan hujan.

Masa paling populer

Pada tahun 1950-an, topi sepeda makin populer dan menjadi penanda utama pesepeda profesional. Desainnya disempurnakan sepanjang tahun 60-an, menyerupai apa yang kita kenal sekarang.

Sponsor pun mulai memasang mereknya di topi sepeda dan muncul topi-topi sepeda yang disponsori brand-brand tertentu.

Topi ini tidak hanya dikenakan para atlet saat bersepeda, tetapi juga di atas podium dan dipakai juga oleh para pelatih, fans, dan orang-orang yang suka bersepeda.

Mereka yang tidak mampu membeli sepeda dengan groupset Campagnolo misalnya, dapat membeli topi berlogo Campagnolo, sehingga merasa menjadi bagian produk itu.

Sempat menghilang

Dengan diperkenalkannya helm untuk bersepeda di tahun 70-an dan 80-an, topi sepeda menjadi kurang penting karena tidak lagi dipakai dalam lomba.

Ketika helm menjadi wajib, topi sepeda nyaris dilupakan. Para atlet yang naik ke podium tidak lagi mengenakannya, bahkan menggantinya dengan topi baseball.

Para pesepeda baru pun tidak lagi mengenalinya sebagai bagian dari perlengkapan bersepeda.

Walau begitu, mereka yang menggemarinya tetap memakai topi jenis ini sebagai bagian dari gaya bersepeda. Beberapa pengendara sepeda oldschool bahkan memilih untuk memakai topi di bawah helm mereka dalam cuaca dingin dan basah.

Kembali lagi

Ilustrasi topi sepedacyclingtips Ilustrasi topi sepeda
Meskipun penggunaan topi sepeda mengalami pasang surut, namun ia tidak dilupakan dalam sejarah. Ketika dunia kembali menyukai gaya vintage, topi sepeda pun dilirik kembali.

Selain melengkapi gaya, fungsinya tetap dipertahankan, kali ini sebagai identitas dan simbol persaudaraan para pesepeda.

Muncul juga lebih banyak variasi desain dan bahan daripada sebelumnya, yang disesuaikan baik untuk melindungi kepala atau menambah keren penampilan.

Orang bahkan memakainya seperti ketika topi tersebut dihiasi merek-merek sponsor, yakni mendongakkan bagian lidah ke atas, sehingga logo sponsor terlihat jelas.

Jadi bila suatu hari kamu memakai topi sepeda, entah di mal atau di gerai kopi, dan seseorang mengangguk atau tersenyum padamu, bukan berarti dia menertawakan penampilanmu.

Bisa jadi topimu dianggap sebagai identitas sesama pesepeda sehingga membuatmu menjadi salah satu bagian budaya itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com