Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/07/2020, 08:38 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

"Memang ada rasa nyaman kalau denial, tapi sebenarnya itu makin meningkatkan rasa cemas. Kadang kita juga denial dengan mengalihkan diri dari hal-hal yang tidak sehat. Bahkan gaya hidup tidak sehat seringkali merupakan pelarian dari cemas," paparnya.

Kemudian kita bisa belajar menyadari napas (mindfulness breathing) sehingga perhatian kita tiadk melulu ke hal-hal yang jadi sumber kecemasan.

Menurut Adjie, menyadari napas bukanlah mengendalikan atau mengatur napas. Tetapi cukup menyadari momen saat ini.

"Saat melakukannya mungkin pikiran kita akan ngelayap ke sana-sini, ke masa lalu dan masa depan. Sadari saja pikiran itu, bersikaplah ramah dan menerima. Tanpa sadar selama ini kita sering tidak ramah dengan diri kita," katanya.

Kecemasan seringkali timbul karena kita kurang bisa beradaptasi, terlalu kaku dalam menghadapi perubahan.

"Kita maunya kondisi harus sesuai dengan keinginan kita. Harus mengejar kesempurnaan. Kekauan ini menyebabkan kita cemas. Kita dapat belajar dari air, yang karakternya cair, kalau alirannya lancar dia terus mengikuti, kalau ketemu batu, dia mencari celah," katanya.

Baca juga: Meditasi, Bagaimana Cara Memulai dan Melakukannya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com