KOMPAS.com - Perkembangan peminat sepeda lipat Brompton yang sedang ramai diperbincangkan, tak lepas dari perkembangan tren yang sedang terjadi saat ini.
Sepeda buatan Inggris ini sebenarnya sudah meramaikan model sepeda lipat di Tanah Air, sejak pertengahan-hingga akhir dekade 90-an, ketika sepada lipat mulai menjadi tren.
Namun, fenomena yang terjadi saat ini sungguh istimewa, karena saat ini banyak orang menaruh perhatian besar pada sepeda yang "dicap" mahal tersebut.
Mereka yang memang memiliki dana dan merasa hobi bersepeda, tak segan untuk menebus sepeda tersebut, meski harganya kian naik.
Baca juga: Enggak Tega Beli Brompton? Coba Lirik Sepeda-sepeda Ini...
Namun, tentu saja ada kelompok konsumen lain yang berpikir dua kali untuk membelanjakan uang sedemikian besar untuk sebuah sepeda.
Di saat yang sama, ada alternatif pilihan yang lebih murah, yang penampakannya sama dengan Brompton, namun harganya jauh lebih murah.
"Bukan karena tidak mampu, tapi mungkin tidak mau untuk spend sebesar itu, maka mereka putuskan untuk beli barang yang lebih murah, bukan aslinya tapi bentuknya sama saja."
Begitu komentar Psikolog & Konselor dari Personal Growth, Ghianina Armand, MSc dalam perbincangan dengan Kompas.com, Rabu (2/7/2020) kemarin.
Alasan itu yang memungkinkan mengapa tak hanya sepeda Brompton yang laris -bagi segmen pasar tertentu, tapi juga sepeda yang dibuat mirip Brompton diburu pembeli di segmen lain.
"Itu lebih kepada, ada temptation to be seen, ingin selalu mengikuti tren melalui barang-barang yang mungkin barangnya mahal."
Baca juga: 3 Sepeda Jiplakan Brompton Juga Laku Keras di Indonesia, Apa Saja?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.