Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Brompton dan Sepeda Mirip Brompton Semua Laris Manis, kok Bisa?

Kompas.com - 02/07/2020, 16:14 WIB
Reni Susanti,
Nabilla Tashandra,
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perkembangan peminat sepeda lipat Brompton yang sedang ramai diperbincangkan, tak lepas dari perkembangan tren yang sedang terjadi saat ini. 

Sepeda buatan Inggris ini sebenarnya sudah meramaikan model sepeda lipat di Tanah Air, sejak pertengahan-hingga akhir dekade 90-an, ketika sepada lipat mulai menjadi tren.

Namun, fenomena yang terjadi saat ini sungguh istimewa, karena saat ini banyak orang menaruh perhatian besar pada sepeda yang "dicap" mahal tersebut.

Mereka yang memang memiliki dana dan merasa hobi bersepeda, tak segan untuk menebus sepeda tersebut, meski harganya kian naik.

Baca juga: Enggak Tega Beli Brompton? Coba Lirik Sepeda-sepeda Ini...

Namun, tentu saja ada kelompok konsumen lain yang berpikir dua kali untuk membelanjakan uang sedemikian besar untuk sebuah sepeda.

Di saat yang sama, ada alternatif pilihan yang lebih murah, yang penampakannya sama dengan Brompton, namun harganya jauh lebih murah.

"Bukan karena tidak mampu, tapi mungkin tidak mau untuk spend sebesar itu, maka mereka putuskan untuk beli barang yang lebih murah, bukan aslinya tapi bentuknya sama saja."

Begitu komentar Psikolog & Konselor dari Personal Growth, Ghianina Armand, MSc dalam perbincangan dengan Kompas.com, Rabu (2/7/2020) kemarin.

Alasan itu yang memungkinkan mengapa tak hanya sepeda Brompton yang laris -bagi segmen pasar tertentu, tapi juga sepeda yang dibuat mirip Brompton diburu pembeli di segmen lain.

"Itu lebih kepada, ada temptation to be seen, ingin selalu mengikuti tren melalui barang-barang yang mungkin barangnya mahal."

Baca juga: 3 Sepeda Jiplakan Brompton Juga Laku Keras di Indonesia, Apa Saja?

"Lebih ke arah sana pattern-nya untuk orang-orang yang mau membeli," sebut Ghianina.

"Contohnya sepeda yang bukan Brompton, mirip tapi lebih murah. Kalau dalam consumer behaviour, masuknya ke dalam complex high invesment decision making," sebut dia.

Ghianina menilai, Brompton adalah barang mahal yang juga bisa dihitung sebagai investasi.

"Jadi sebagai konsumen kita terlibat banget dalam pemikiran (sebelum) membeli barang ini," kata dia lagi

"Kita cari tahu, riset, cari perbandingannya, misal Brompton apa sih bedanya sama yang lain, kita benar-benar terlibat dalam proses pembeliannya."

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com