Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walau Sepele, Bersiul Kepada Seseorang Termasuk Pelecehan Seksual Lho

Kompas.com - 02/07/2020, 18:53 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Berita soal pelecehan seksual kembali viral di media sosial. Korbannya adalah seorang wanita yang diintip belahan payudaranya melalui sorotan CCTV.

Dalam rekaman yang beredar di media sosial, terlihat seorang wanita duduk seorang diri sambil minum kopi. Lalu di ruangan lain, ada pegawai pria yang mengawasi CCTV, memperbesar layar monitor tepat di bagian payudara wanita tersebut. Ia kemudian tertawa.

Kelihatannya sederhana, namun tindakan tersebut bisa dikategorikan sebagai pelecehan. Selain itu, ada juga tindakan yang terlihat seperti menggoda, misalnya bersiul atau memanggil seseorang dengan sebutan tertentu, bisa dikategorikan pelecehan.

Lalu apa saja tindakan yang ternyata termasuk pelecehan?

Kamu mungkin pernah dipanggil ‘cantik’ atau ‘seksi’ dan sejenisnya ketika tengah melintas di jalan umum? Jika ya, maka kamu telah mengalami pelecehan seksual berbentuk catcalling.

Catcalling adalah komentar bernada seksual yang dilontarkan oleh laki-laki ke wanita, dan sebaliknya, di tempat umum, misalnya jalan raya, pusat perbelanjaan, stasiun, dan lain-lain.

Bedanya dengan pelecehan seksual pada umumnya adalah laki-laki dan wanita ini tidak saling kenal sehingga kerap juga disebut pelecehan asing.

Selain kata-kata berbau seksual, cat calling juga bisa berbentuk siulan, lirikan, kedipan, bahkan memegang area tubuhnya sendiri, misalnya gerakan meremas alat vital.

Tujuan catcalling bukanlah ingin melakukan pemerkosaan, namun lebih kepada mencari perhatian dari sang wanita.

Baca juga: Ada Banyak Jenis Pelecehan Seksual, Apa Sajakah?

Bentuk-bentuk catcalling

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Stop Street Harassment, hampir 99 persen responden wanita pernah merasakan pelecehan di jalanan, termasuk catcalling.

Pelecehan seksual ini bukan hanya ketika wanita dihujani kata-kata bernada seksis seperti “kamu cantik” atau “kamu seksi”, namun juga beberapa bentuk lainnya, seperti:

  • Mengatakan kata-kata seksis yang eksplisit, misalnya payudara atau bokong kamu besar.
  • Lirikan, yakni ketika laki-laki melirik wanita dengan tatapan penuh nafsu.
  • Bersiul, yakni ketika laki-laki mengeluarkan siulan dari mulutnya dan biasanya ditujukan untuk melecehkan bentuk tubuh wanita yang dianggapnya seksi.
  • Memperlihatkan gestur vulgar, misalnya menggigit bibir bawah tanda laki-laki tersebut sedang birahi
  • Mengeluarkan suara ciuman tepat di depan wajah korbannya.
  • Menguntit atau menghalang-halangi sampai di tujuan.
  • Memegang bagian tubuh manapun, mulai dari pakaian hingga area terlarang, seperti paha, payudara, bokong, dan lain-lain.

Tidak sedikit wanita yang marah ketika menjadi korban catcalling. Namun, banyak juga pria pelaku catcalling yang berdalih bahwa tindakan mereka itu lucu, menggemaskan, dan bertujuan untuk memuji penampilan fisik si wanita.

Padahal, catcalling justru merupakan perbuatan tidak terpuji, menjijikan, dan menghina wanita. Catcalling menjadikan wanita sebagai objek seksual dan terlihat tidak lebih dari seonggok daging yang sedang berjalan tanpa memandang kesetaraan gender.

Baca juga: Banyak yang Belum Tahu, Apa Saja yang Termasuk Pelecehan Seksual?

Fenomena catcalling juga sering dihubungkan dengan gaya berpakaian si wanita yang terbilang terbuka sehingga menantang laki-laki untuk mengomentarinya.

Padahal, ada jurnal yang menyebut negara-negara dengan wanita berpakaian tertutup (bahkan menggunakan cadar), seperti Mesir dan Lebanon, juga tidak terhindar dari catcalling.

Dengan kata lain, hubungan antara catcalling dengan stereotype cara berpakaian wanita hanya mengada-ada untuk dijadikan pembenaran otak kotor dalam diri pelaku catcalling tersebut.

Apa pun bentuknya, catcalling dan bentuk pelecehan yang lain harus dihentikan karena dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mental para wanita yang mengalaminya.

Baca juga: Kebanyakan Korban Pelecehan Seksual Tidak Berbusana Seksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com