Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Takut, Pap Smear Tak Menimbulkan Rasa Sakit

Kompas.com - 03/07/2020, 18:46 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pap smear adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakikan untuk melihat ada tidaknya kelainan di sel-sel mulut rahim yang dapat mengarah kepada penyakit kanker mulut rahim atau kanker serviks.

Pemeriksaan pap smear idealnya dilakukan secara berkala jika seseorang sudah berusia 21 tahun atau sudah pernah berhubungan seksual.

Dokter Spesialis Kandungan & Kebidanan, Dr. Valencia Astri Yuwono, B.Med. Sc, Sp.OG menjelaskan, hubungan seksual membuka peluang untuk terkena infeksi Human papillomavirus (HPV), virus yang menyebabkan kanker serviks.

Baca juga: Hal-Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Sebelum Pap Smear

"Jika terinfeksi HPV kita berisiko terkena kanker serviks. Jadi kalau sudah pernah berhubungan seksual, di atas 21 tahun, perlu dilakukan pap smear."

Demikian diungkapkan oleh Valencia dalam IG Live bersama Eka Hospital BSD, Jumat (3/7/2020).

Sayangnya, masih banyak perempuan yang enggan melakukan pemeriksaan pap smear, salah satunya karena takut merasa sakit.

Terkait hal tersebut, Valencia meyakinkan para perempuan untuk tidak perlu takut menjalani pemeriksaan pap smear. Hal yang perlu dilakukan adalah rileks ketika pemeriksaan berlangsung. Apa alasannya?

Valencia menjelaskan, otot vagina memiliki bentuk lingkaran. Oleh karena itu, ketika ototnya menegang (berkontrasi), dokter akan sulit memasukkan spekulum atau cocor bebek ke dalamnya.

Baca juga: Mengapa Vaksin HPV untuk Cegah Kanker Serviks Diberikan Dua Kali?

Cocor bebek tersebut berfungsi untuk membuka vagina sehingga dokter bisa melihat mulut rahim.

"Sebenarnya tidak sakit. Kalau kita rileks, otot pasti tidak menjepit. Tapi kalau tegang akan lebih nyeri," tuturnya.

Setelah itu, dokter akan mengambil lendir yang mengandung sel-sel mulut rahim untuk kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

Valencia menekankan, kepedulian masyarakat terhadap kanker serviks saat ini masih rendah.

Padahal, kanker serviks menempati urutan kedua tertinggi di Indonesia setelah kanker payudara.

Pap smear dilakukan agar lesi-prakanker bisa ditemukan sejak awal.

"Karena kalau sudah kanker ada yang bisa dioperasi dan ada yang sudah tidak bisa. Istilahnya, kasihan kalau tahunya terlambat," tutur Valencia.

Baca juga: Waspada, Kanker Serviks Tak Melulu karena Kontak Seksual

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com