KOMPAS.com - Memakai masker wajah saat berada di luar rumah merupakan langkah terbaik yang dapat kita lakukan untuk memperlambat penyebaran virus corona.
Namun, mitos seputar masker wajah beredar di media sosial. Orang-orang khawatir jika masker wajah akan menurunkan kadar oksigen atau memicu keracunan karbon dioksida.
Sebagian lainnya khawatir akan mengembangkan infeksi bakteri dari masker yang lembap, penuh keringat, atau melemahkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan pilek.
Namun bila kamu termasuk yang ragu, para profesional kesehatan telah mengklarifikasi persepsi yang keliru ini di media sosial.
Seorang dokter di South Carolina, AS menentang gagasan bahwa "kadar oksigen turun secara dramatis saat mengenakan masker."
Dr. Megan Hall menguji saturasi oksigen dan detak jantung menggunakan pulse oximeter dalam empat situasi selama lima menit sekaligus.
Pertama, ia tidak mengenakan masker, kemudian memakai masker bedah, menggantinya dengan masker N95, dan skenario terakhir, ia memakai masker N95 dan masker bedah.
"Tidak ada perubahan signifikan dalam saturasi oksigen saya pada skenario apa pun. Meski tidak nyaman bagi sebagian orang, kita masih bisa bernapas," kata Dr. Hall di Facebook.
Baca juga: Masih Enggan Pakai Masker? Lihat Percobaan Ini!
Mitos yang keliru
Mengenakan masker masih menjadi cara terbaik untuk memperlambat penyebaran Covid-19. Masker bekerja dengan menyaring dan menekan partikel udara.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.