Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain karena Popok, 4 Hal Ini Juga Bisa Jadi Penyebab Ruam Popok

Kompas.com - 07/07/2020, 21:11 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Jika kamu memiliki bayi, kamu tentu tahu tentang ruam popok, karena kemungkinan akan menghadapinya.

Meskipun ini adalah masalah umum, ruam popok dapat membuat si kecil merasa sangat tidak nyaman dan membuat orangtua panik.

Ruam popok biasanya ditandai dengan kulit kemerahan di area yang tertutup popok. Bukan hanya penting mengetahui cara mengobatinya, tapi juga mengetahui cara mencegahnya, agar tak kambuh lagi.

Baca juga: Ruam Popok pada Bayi, Kapan Harus ke Dokter?

Dokter anak James Mandelik, MD, menjelaskan apa yang harus diperhatikan, bagaimana mencegah ruam popok dan kapan orangtua harus curiga bahwa ada faktor alergi yang terlibat.

Memahami tentang ruam popok
Menurut American Academy of Pediatrics, lebih dari separuh bayi berusia antara 4 bulan hingga 15 bulan akan mengalami ruam popo,k setidaknya sekali dalam periode dua bulan.

"Ini masalah kualitas hidup bagi anak yang menderita, dan bagi orang tua yang ingin membantu tetapi tidak tahu," kata Dr. Mandelik.

Dia mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengenali penyebab ruam popok yang paling umum, yaitu bayi memakai popok yang sudah basah atau kotor terlalu lama.

Jadi, penting untuk memerhatikan beberapa hal dasar terkait popok, sebelum mencari penyebab lain.

Penelitian menunjukkan, bahwa ruam popok lebih jarang terjadi pada popok sekali pakai, tetapi yang lebih penting dari jenis popok adalah seberapa sering orangtua mengganti popok.

Baca juga: Waspadai, Dampak Alergi Susu Sapi pada Anak Jika Tak Segera Diatasi

Sebelum kamu menduga alergi sebagai penyebabnya, lakukan dulu tips perawatan dasar berikut:

1. Selalu mengganti popok bayi yang basah atau kotor sesegera mungkin. “Karena, itulah strategi terbaik untuk mencegah ruam popok,” kata Dr. Mandelik.

Berhati-hatilah jika anak menderita diare atau sedang minum antibiotik (atau jika kamu ibu menyusui yang sedang minum antibiotik). Antibiotik dapat menyebabkan feses lebih cair dan berisiko menyebabkan iritasi.

2. Oleskan salep atau krim pelindung. Cari produk yang mengandung zinc oxide atau petroleum jelly untuk diaplikasikan di area ruam saat mengganti popok.

3. Sesekali jika memungkinkan, biarkan bayi tanpa popok di rumah. Ini membuat area tubuh yang selalu tertutup popok terkena udara segar, sehingga tidak lembap.

Perhatikan faktor alergi dan faktor lainnya

Selain karena popok yang terlalu lama tak diganti, ada beberapa faktor lain yang kemungkinan membuat pantat bayi menjadi merah:

1. Popok atau tisu yang tidak cocok di kulit bayi

Setiap merek biasanya memiliki komposisi bahan yang berbeda. Ada beberap merek popok sekali pakai atau tisu bayi tertentu yang mungkin salah satu bahannya tidak cocok di kulit si kecil, sehingga bisa mengiritasi kulit.

Tip: "Meskipun iritasi dapat diatasi, hal terbaik adalah mencoba produk yang berbeda," kata Dr. Mandelik.

"Strategi paling sederhana adalah coba-coba produk dari merek lain- perhatikan variabel bahan dari setiap produk."

Baca juga: Ini Cara Membedakan Anak Alergi Dingin atau Pilek

 

2. Alergi deterjen

Deterjen yang digunakan untuk mencuci popok kain terkadang adalah pelakunya, tetapi jika ini masalahnya, si kecil kemungkinan akan mengalami ruam di bagian tubuh yang lain.

Tip: Gunakan deterjen dengan label bebas pewangi dan bebas pewarna untuk mencuci popok dan pakaian bayi.

Jika sudah menemukan produk deterjen yang cocok, usahakan untuk tidak berganti-ganti dengan merek yang lain, untuk mencegah terjadinya iritasi kembali.

3. Cuaca Panas

Cuaca panas, lembap, atau bahan pakaian yang terlalu tebal saat cuaca panas dapat menyebabkan ruam panas di area selangkangan.

Namun, seperti halnya deterjen, ruam kemungkinan juga muncul di tempat lain, terutama di leher, ketiak, dan lipatan siku.

Tip: Tentu saja sebagai orangtua, kita biasanya selalu ingin menjaga bayi cukup hangat, tetapi tak perlu melakukannya secara berlebihan, sesuaikan pakaian dengan cuaca.

Dalam cuaca panas, cukup memakaikan popok dan pakaian berbahan katun yang nyaman. Jangan lupa gunakan tabir surya ketika membawa bayi keluar rumah. Dan bawakan beberapa pakaian bayi, agar bisa segera menggantinya saat bayi berkeringat.

Baca juga: Edukasi Alergi untuk Dukung Tumbuh Kembang Anak

4. Alergi makanan tertentu

Si kecil mungkin memiliki sensitivitas makanan atau alergi, tetapi gejala lain selain ruam popok juga mungkin terjadi dalam kasus ini.

“Misalnya, seorang anak yang mengalami reaksi negatif terhadap susu sapi kemungkinan besar juga ada darah pada fesesnya, gatal-gatal, bibir bengkak dan atau mengi,” kata Dr. Mandelik.

Tip: Untuk mencegah alergi makanan, dokter menyarankan anak-anak menghindari susu sebelum usia 1 tahun dan telur sebelum usia 2 tahun.

Kapan harus ke dokter

Terlepas dari semua upaya terbaik yang telah dilakukan, ruam popok pada bayi masih bisa berkembang memburuk, baik secara bertahap atau tiba-tiba.

Jika itu terjadi, bersihkan area tersebut dengan lembut dengan sabun dan kain lembut. Hindari menggosok dan mengeringkan area tersebut. Ikuti tips perawatan dasar, di atas. Segera berkonsultasi pada dokter, jika ruam:

- Berlangsung selama tiga hari atau semakin buruk.

- Lebih tampak seperti bintik-bintik merah daripada merah pekat, mengindikasikan kemungkinan infeksi jamur.

- Kulit tampak rusak dan tidak utuh.

- Disertai demam.

"Jika ada pertanyaan yang terlintas dalam pikiran, bawa mereka untuk menemui dokter anak," kata Dr. Mandelik, menambahkan, "Saya selalu memberi tahu para orangtua tentang apa saja."

Baca juga: Kenali Gejala Alergi Makanan pada Bayi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com