Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/07/2020, 11:33 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Enam bulan setelah pandemi Covid-19, para ilmuwan masih terus mempelajari dampak dari virus tersebut pada manusia.

Para ilmuwan mengingatkan potensi gelombang kerusakan otak yang terkait virus corona, dengan bukti baru menunjukkan virus tersebut dapat menyebabkan komplikasi gangguan saraf yang parah, termasuk peradangan, psikosis dan delirium (gangguan mental yang menyebabkan kebingungan).

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti di University College London (UCL) menjelaskan 43 pasien dengan Covid-19 menderita disfungsi otak sementara, serangan stroke, kerusakan saraf atau gangguan otak serius lainnya.

Penelitian ini menambah studi terbaru yang juga menemukan bahwa Covid-19 dapat merusak otak.

"Apakah kita akan melihat epidemi pada kerusakan otak skala besar terkait pandemi --bisa saja mirip wabah encephalitis lethargica pada 1920-an dan 1930-an setelah pandemi influenza 1918. Masih harus ditelaah," kata Michael Zandi, pemimpin penelitian dari Institute of Neurology UCL, mengutip CNBC.

Baca juga: Studi Pasien Covid-19 di Inggris, Virus Corona Sebabkan Komplikasi Saraf

Efek setelah pulih

Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru, adalah penyakit pernapasan yang memengaruhi paru-paru, namun ahli saraf dan dokter spesialis otak mengatakan muncul bukti mengenai dampak virus ini pada otak.

"Kekhawatiran saya adalah kita memiliki jutaan orang dengan Covid-19 sekarang. Jika dalam waktu satu tahun kita memiliki 10 juta orang yang pulih, dan mereka memiliki defisit kognitif maka itu akan memengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja dan melakukan kegiatan sehari-hari," kata Adrian Owen, ahli saraf di Western University, Kanada, kepada Reuters.

Dari studi yang diterbitkan dalam jurnal Brain tersebut, sembilan pasien yang mengalami peradangan otak didiagnosis dengan acute disseminated encephalomyelitis (ADEM), kondisi langka yang sering terlihat pada anak-anak dan dapat dipicu oleh infeksi virus.

Tes swab massal terhadap warga Desa Samida Kecamatan Selaawi yang dilakukan tim gugus tugas Covid-19 Pemprov Jabar di kantor Desa Samida, Kamis (11/06/2020)KOMPAS.com/ARI MAULANA KARANG Tes swab massal terhadap warga Desa Samida Kecamatan Selaawi yang dilakukan tim gugus tugas Covid-19 Pemprov Jabar di kantor Desa Samida, Kamis (11/06/2020)

Tim peneliti mengatakan, umumnya ada satu pasien dewasa dengan ADEM per bulan di klinik spesialis mereka di London.

Namun, angka itu telah meningkat setidaknya satu minggu selama masa studi, sesuatu yang disebut peneliti sebagai peningkatan yang mengkhawatirkan.

"Mengingat penyakit ini baru ada beberapa bulan, kami belum bisa mengetahui kerusakan jangka panjang apa yang dapat disebabkan Covid-19," kata Ross Paterson, yang ikut memimpin penelitian ini.

Baca juga: Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Udara, Lakukan 6 Hal Ini untuk Lindungi Diri

"Dokter perlu mewaspadai kemungkinan efek neurologis, karena diagnosis dini dapat memperbaiki hasil pada pasien."

Owen mengatakan, bukti yang muncul menegaskan perlunya penelitian besar dan mendetail serta pengumpulan data global untuk menilai seberapa umum komplikasi tersebut.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com