Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/07/2020, 21:09 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah Anda berfantasi tentang seks? Jika pernah, apakah yang muncul dalam fantasi tersebut adalah apa yang terjadi di kehidupan nyata, atau sesuatu yang sesungguhnya justru tidak pernah Anda lakukan?

Justin J. Lehmiller, Ph.D., seorang Research Fellow di The Kinsey Institute di Indiana University, mempelajari tentang fantasi seksual 4.175 orang Amerika dari 50 negara bagian untuk buku yang ditulisnya, "Tell Me What You Want: The Science of Sexual Desire and How It Can Help You Improve Your Sex Life"

Dari penelitian itu, ia menemukan bahwa banyak orang mengubah aspek dalam diri mereka, seperti tubuh, organ intim, atau kepribadian di dalam fantasi mereka.

Baca juga: Benarkah Afrodisiak dapat Merangsang Gairah Seksual?

Ia menemukan, bahwa orang cenderung mengubah diri mereka dengan cara yang sangat berbeda dan bahwa jenis perubahan yang dilakukan mengungkapkan sesuatu yang penting tentang mereka, termasuk tentang budaya di sekitarnya.

Saat Lehmiller menanyakan kepada mereka "apakah kalian muncul dalam fantasi mereka setidaknya beberapa kali", hampir semuanya (97,1 persen) menjawab, ya.

Selebihnya mengatakan diri mereka muncul dalam fantasi mereka hampir sepanjang waktu.

Namun, kebanyakan dari mereka melihat versi lain dirinya yang tidak seperti di dunia nyata.

Mayoritas mengatakan mengubah tipe atau ukuran tubuhnya, penampilan alat vitalnya, kepribadiannya, dan/atau peran seksual mereka (menjadi lebih dominan atau submisif).

Setengah dari mereka mengatakan mengubah usianya, apakah jadi lebih muda atau lebih tua.

Jika mengubah aspek diri dalam sebuah fantasi sudah sangat umum, Lehmiller juga menemukan bahwa beberapa orang berbeda cenderung mengubah diri mereka menjadi sesuatu yang bersebrangan, misalnya dalam konteks gender atau orientasi seksual.

Baca juga: Survei Ungkap Fantasi Liar Wanita di Ranjang

Misalnya, seorang wanita (terlepas dari orientasi seksualnya) lebih banyak mengubah aspek tubuhnya ketimbang pria.

Meski begitu, lebih banyak pria gay dan biseksual yang mengubah aspek tubuhnya, daripada pria heteroseksual.

Sebaliknya, lebih banyak pria (terlepas dari orientasi seksualnya) yang mengubah aspek alat vital mereka daripada wanita. Namun, lebih banyak pria gay dan biseksual yang melakukannya.

Temuan lainnya, mengenai peran seksual. Lehmiller melihat bahwa di antara heteroseksual, wanita lebih cenderung sering berfantasi tentang menjadi lebih dominan daripada mereka di kehidupan nyata.

Sementara pria, sebaliknya, justru lebih sering berfantasi menjadi lebih submisif.

Dengan kata lain, orang sering melepaskan diri dari peran dan anggapan gender tradisional dalam fantasi mereka.

 

Baca juga: Kepuasan Seksual Wanita Milenial Semakin Berkurang, Apa Sebabnya?

Arti temuan

Apa artinya temuan bahwa banyak orang senang mengubah diri mereka dalam fantasi seksual tersebut?

Seperti yang didiskusikannya dalam buku Tell Me What You Want, itu mungkin menjelaskan tentang kepribadian kita.

Sebagai contoh, jika orang-orang introvert lebih berfantasi tentang mengubah kepribadian mereka dan menjadi lebih dominan, para extrovert cenderung lebih sedikit mengubah diri mereka menjadi apapun.

Orang-orang yang neurotik (mereka yang tidak bisa mengatasi stres dengan baik dan memiliki ketidakstabilan emosional) berfantasi lebih banyak tentang mengubah tubuh dan kepribadian mereka.

Hal yang menarik, kata Lehmiller, orang-orang yang penuh kehati-hatian (yang berorientasi pada detail dan terorganisir) adalah yang paling tidak mungkin berfantasi tentang mengubah aspek diri apapun dalam diri mereka.

Perhatian mereka pada detail tampaknya membuat mereka lebih fokus pada detail di dalam fantasi mereka.

Selain itu, perubahan ini juga dapat mengungkapkan tentang gaya berhubungan kita.

Orang-orang dengan gaya berhubungan cemas dan suka menghindar lebih mungkin mengubah diri mereka dalam banyak aspek.

"Saya menduga ini karena orang-orang yang cemas mencoba menenangkan kekhawatiran mereka dan menjadi versi diri yang menurutnya cenderung tidak akan mendapatkan penolakan."

"Sebaliknya, saya menduga orang-orang yang suka menghindar secara harfiah menjadi orang lain dalam fantasi mereka untuk menciptakan jarak yang lebih emosional," ungkap Lehmiller.

Baca juga: Suami Istri yang Terbuka soal Fantasi Seks Ditemukan Lebih Bahagia

Mengungkapkan budaya

Selain itu, Lehmiller juga menilai perubahan tersebut mengungkapkan tentang budaya di sekeliling mereka.

Misalnya, fakta bahwa banyak wanita mengubah aspek tubuh dalam fantasi mereka mungkin didasari oleh semua tekanan media bahwa citra wanita ideal adalah yang bertubug kurus dan memiliki penampilan yang sangat spesifik.

Demikian juga, fakta bahwa laki-laki cenderung lebih suka mengubah alat kelamin mereka ketika berfantasi mengungkapkan bahwa mereka kerap mendapatkan harapan yang tidak realistis tentang bentuk dan ukuran rata-rata penis yang sebenarnya, terutama dari pornografi yang mereka konsumsi, dan makna-makna lainnya.

Dengan semua itu, penting untuk dicatat bahwa mengubah diri sendiri dalam fantasi kita tidak selalu memiliki makna yang lebih dalam dan tidak selalu mengungkapkan rasa tidak aman dalam diri seseorang.

Misalnya, orang dengan imajinasi yang sangat aktif sering berfantasi tentang mengubah diri mereka sendiri atau menjadi orang lain hanya karena mereka memang senang berfantasi tentang hampir semua hal.

Baca juga: Suami Utarakan Fantasi Seks, Apa yang Harus Istri Lakukan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com